Cinta Berbalut Kalut

Asfar Asfahan
Chapter #7

You and Me Against The World


Cuaca tampak berjalan seirama dengan langkah kami menuju tempat acara. Meskipun jalanan memasuki kampus amat teduh oleh rimbunnya pepohonan di kanan dan kiri, tapi tidak menghalangi matahari yang tampak malu-malu memancarkan sinarnya di balik ranting dan dedaunan. Saat tiba di parkiran, kami disambut oleh panitia yang mengenakan t-shirt festival jaz dengan logo sponsor dari brand-brand besar. Tidak membutuhkan waktu lama, kami diarahkan menuju loket masuk untuk menyerahkan tiket yang diperoleh dari teman Ciku, anak Fakultas Ekonomi di Kampus yang bangga memakai warna kuning sebagai almamaternya. 

Dari pandangan mataku yang memakai lensa minus dua ini, terlihat hamparan dari dua sisi panggung yang terbilang unik. Panggung besar di utara dengan segala hingar-bingarnya memenuhi gendang telinga para pecinta musik jaz yang mengharapkan munculnya artis-artis terkenal idola mereka. Sedangkan di selatan, hanya ada panggung kecil yang tidak semeriah di utara, tapi ada sesosok gadis belia yang membuat penonton di depannya terhipnotis, dengan suaranya yang mendawai syahdu. Dia adalah Andien yang menyanyikan lagu dari Album Gemintang yang belum lama dirilis. Sebenarnya genre jaz ini agak aneh di kupingku yang terbiasa dicekoki oleh genre Alternative Rock yang booming pada akhir 90-an, tapi tak mengapalah, kalo ada “TTM-Ku” teman tapi mencintai.

     Di sela pertunjukan yang semakin larut penuh dijejali manusia beraneka aroma, Aku memutuskan untuk mencari tempat yang nyaman jauh dari kebisingan, tapi tetap bisa melihat dengan jelas kemeriahan di panggung utara. Kebetulan, ada gundukan tanah yang agak tinggi mirip seperti bukit mungil dan hanya cukup untuk dipenuhi oleh dua sejoli seperti kami. Aku melangkah dan sedikit mendaki ke atas, sambil memegang tangan Ciku. Saat berada di puncak, terlihat penampakan dari para artis dari kejauhan bersama ribuan fans fanatik mereka yang bergemuruh bernyanyi bersama sang biduan. Saat itu yang sedang perform yaitu Band Indie kesukaan Ciku yaitu “Mocca”, menyenandungkan lagu hit mereka Secret Admirer.

Kami duduk hanya beralaskan tanah dan beratap langit yang mulai redup menggurat warna oranye di sepanjang garis ufuk barat. 

“Kamu tau gak, mungkin suatu hari nanti kita akan merindukan momen ini,” kata Ciku yang terdengar lirih di telinga kananku.

“Apakah pada saat itu, aku tetap hadir di sampingmu?” jawabku dengan kalimat tanya.

“Entahlah, aku hanya ingin kamu gak terlalu berharap besar sama aku yang nantinya akan membuatmu kecewa,” sahutnya.

“Aku cuma ingin kamu berubah menjadi lebih baik untuk masa depanmu nanti,” imbuhnya.

“Sebenarnya aku sudah memikirkan hal itu sejak lama, hatiku hancur dengan ujian skripsi ini, selain itu aku merasa sedih, setiap Bulan Ramadhan tiba, lidahku kelu untuk melafalkan ayat-ayat Allah,” sahutku dengan ekspresi yang datar.

“Kamu mau aku kenalin sama salah seorang Murobbi yang mengajar Tahsin di Masjid kampusku ini?” kata Ciku antusias sambil menyeka air mata kebahagiaan yang sejak tadi ia tahan.

“Tentu saja aku mau, udah, ah, gak usah mewek, entar bisa nular ke aku, hehe” 

“Aku gak mau ribuan orang yang ingin merasakan kebahagiaan disini, malah jadi sedih nge-liat kamu nangis.” kataku dengan pura-pura tertawa kecil, tetapi dalam hati juga terluka melihat Ciku seperti ini yang aku belum pernah melihat sebelumnya.

Di panggung tampak Arina sang vokalis sedang menyiapkan lagu pamungkasnya yang berjudul You and Me Against The World. Lagu ini juga turut melabuhkan hati kami ke dermaga pulau harapan yang akan kami lalui dengan berbagai kesulitan dan tantangan dari badai ujian dunia.


“It is you and me against the world

Don't waste our time for tomorrow

With you by my side

Lihat selengkapnya