Cinta Berbalut Kalut

Asfar Asfahan
Chapter #10

Di bawah Kepakan Sayap Malaikat

Sudah sekian senja, aku tidak ngobrol dengan Ciku, karena kesibukan kami masing-masing yang hanya sempat untuk sms-an saja. Aku mulai merindukan suaranya yang kawai, dan caranya yang unik untuk mencintaiku. Kucoba untuk menelepon dia di malam yang waktu itu sedang terbit satu asteroid mengorbit dekat dengan bumi.

Aku: “Hey. kamu yang disana, pakabar? Sorry, ya, aku sedikit melupakanmu karena kesibukan bekerja.” 

Ciku: “Ih, sombong banget, sih, yang udah jadi eksekutif muda, bilang aja emang mau lupain aku karena banyak wanita karir disana, kan?!”

Aku: “Iya, emang banyak, tapi gak ada yang seimut dan menggemaskan kayak kamu, non.”

Ciku: “Gombalin aku aja terus.”

Aku: “Eh kamu tau gak, kalo kita malam ini nelepon seakan-akan lamanya 200 tahun?”

Ciku: “Gak tau, emang kenapa?”

Aku: “Iya, coba kamu lihat di balik jendela ke arah barat, ada bintang yang bersinar terang yang cuma bisa dipandang 200 tahun sekali, dan aku mau hubungan kita tetap langgeng, sampai bintang itu terbit lagi periode selanjutnya.”

Ciku: “Ya, sudah ko’it, dong, kita.”

Aku: “Iya, aku mau sampai kita jadi debu, tetap berada disampingku di liang lahat di sisimu.”

Ciku: “Udah, ah, jangan ngomongin kematian, jadi, horor. Btw, kamu ada acara, gak, sabtu pekan depan?”

Aku: “Nggak, emangnya kamu mau ngajak aku traktir makan di danau bakso, yah?”

Lihat selengkapnya