Sinar lembut dari lampu gantung besi yang terpasang rendah memancarkan cahaya hangat, menciptakan bayangan halus di wajah Ciku. Jendela besar di samping memungkinkan pemandangan jalan di luar terlihat samar-samar, sementara suara lembut musik indie yang diputar dari speaker tersembunyi di langit-langit, menjadi latar belakang yang mengalun.
“Di akhir zaman nanti, akan terjadi peristiwa besar yang akan membuka mata semua orang, akan kebenaran Nubuwah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Tanda kiamat besar ada sepuluh, salah satunya adalah munculnya Al-Masih Ad-Dajjal yang akan membawa fitnah besar, berupa kesaktiannya menghidupkan orang mati, menurunkan hujan, dan menghidupkan bumi dengan tumbuhan, di saat dunia sedang dilanda kekeringan dahsyat. Di antara kedua matanya tertulis kata “Kafir” yang setiap Muslim dapat melihatnya,” kataku sambil membolak-balik halaman yang merujuk ke bab itu. “Jadi, Dajjal itu adalah sosok manusia yang akan merusak tatanan bumi, bukan teori konspirasi yang selama ini aku yakini,” lanjutku menunggu komentar Ciku menanggapi cerita ini.
“Kok, namanya sama dengan Nabi Isa Alaihissalam, ada gelar Al-Masihnya?” tanyanya. Aku senang Ciku bersemangat untuk mengetahui alasan di balik penamaan itu.
Kemudian aku mencari-cari kumpulan dari sub-bab dalam daftar isi buku itu, seperti seorang Detektif mengungkap suatu bukti otentik di tempat kejadian perkara, “Mmh … begini penjelasannya, Non. Arti kata dari Al-Masih itu adalah mengusap atau menghapus. Nabi Isa disematkan nama itu, karena Allah telah “Mengusapnya” lalu menyucikannya dari dosa. Sedangkan sebutan Al-Masih kepada Dajjal, sebabnya terhapus (buta) sebelah matanya. Selain itu, Allah menciptakan dua Al-Masih, salah satu dari keduanya adalah lawan untuk yang lain. Nabi Isa Alaihissalam adalah Al-Masih yang membawa petunjuk, dia menyembuhkan orang buta sejak lahir, yang berpenyakit kusta, juga menghidupkan yang mati dengan seizin Allah. Sementara, Dajjal adalah al-Masih yang membawa kesesatan, dan menghidupkan orang mati melalui penjelmaan setan.”
“Jadi, begitu penjelasannya, ya, Taz, mungkin ada yang bisa ditambahkan sebelum kajian ini berakhir, Taz?” ujar Ciku, meledekku seperti moderator ulung dalam Kajian Islam Ilmiah.
“Ada satu kejadian ‘Epik’ akhir dari kisah ini yang menyebutkan kedua Al-Masih ini akan bertemu. Endingnya, Nabi Isa akan membunuh Dajjal dengan tombaknya, di Pintu Lud sebuah daerah di Palestina, setelah Dajjal lari tunggang-langgang dikejar oleh Nabi Isa dari Masjid dengan menara Putih sebelah timur kota Damaskus Suriah, suatu tempat dimana Nabi Isa akan turun dari langit, sambil meletakkan kedua tangannya pada sayap dua Malaikat,” tambahku untuk menyempurnakan “Story telling” ini.
“Wah, wah, seru banget dengernya, berasa kayak nonton film Superhero. Tapi, dalam cerita ini, Superheronya itu Real. Aku, sih, sebenarnya udah paham kulitnya, aja, belum sampai sedalam ini,” ucap Ciku menampakkan ekspresi riang. “Tapi, yang kamu ceritaiin tadi ada dalilnya, kan?” sambungnya.
“Ya, iyalah, Cik, buku ini, tuh, sangat-sangat ilmiah, karena mengambil sumber dari Al-Qur’an dan Hadis yang Sahih, gak usah diragukan lagi kebenarannya. Aku mempercayainya 100 persen, sebagai keyakinan dalam perkara Iman kepada Hari Akhir yang merupakan Rukun Iman kelima dalam Islam,” jelasku mengonfrontir pernyataannya.
“Oke, bungkuslah, kalo begitu,” cetus Ciku.
“Bungkus gimana, lha, wong makanannya aja udah ludes begini,” balasku mengamati sajian yang berada di atas meja.