Tepat jam 9.00 pagi tadi, aku sudah memutuskan untuk membuka jalan untuk kembali merasakan kedigjayaan di Bursa Komoditi Berjangka ini. Di bawah bayang-bayang pedang, dari tajamnya mulut Pak Rendi. Selain itu, aku juga menggenapkan jumlah transaksi menjadi dua lot, atas rekomendasinya dengan setengah memaksa. Hal ini dilakukan atas analisanya yang berseberangan denganku.
Pak Rendi berfokus pada berita, bahwa permintaan di Jepang dan Korea Selatan untuk Red Bean akan meningkat, akibat kebijakan baru yang mendukung konsumsi produk domestik. Dia percaya hal ini akan memberikan tekanan pada harga, untuk naik dalam beberapa minggu ke depan. Selain itu, dia kurang setuju dengan pandanganku, terkait kondisi cuaca yang membaik di Tiongkok. Menurutnya, potensi badai atau fenomena cuaca ekstrem masih ada, dan bisa berdampak pada pasokan Red Bean yang pada akhirnya bisa menaikkan harga. Kemudian dia percaya, bahwa ada pemain besar hedge funds dan spekulan yang masuk ke pasar Red Bean, bisa mendorong harga naik lebih tinggi. Dia berpendapat bahwa spekulasi ini tidak bisa diabaikan, karena biasanya bisa mengubah dinamika pasar dalam jangka pendek.
Sebagai alasan pendukung berdasar data historis harga, meskipun ada sedikit koreksi, pasar Red Bean secara keseluruhan masih dalam tren naik. Dia menggunakan trendlines dari data tiga bulan terakhir. Indikator MACD bullish crossover baru-baru ini, menunjukkan potensi harga masih bisa naik. Dia tidak melihat crossing yang terjadi pada moving averages jangka pendek sebagai indikasi tren jangka panjang. Lalu, harga masih bergerak di dekat upper band Bollinger, yang baginya menunjukkan kekuatan momentum dan potensi breakout jika ada dorongan pembeli.
Entahlah, lebih kuat mana ilmu kanoragan dari dua pendekar di dunia pialang ini. Aku sebagai pendekar yang baru keluar dari padepokan Bearish. Atau Pak Rendi, pendekar pilih tanding dari perguruan Bullish. Semua itu akan diuji dalam sayembara di depan Pasar Komoditi Berjangka, demi mendapatkan hadiah beberapa kepeng uang dari transaksi perdagangan ini.
***
Awan hitam berjalan, mengusir awan putih yang berarak pergi perlahan. Di warung makan yang bernaung di bawah atap seng memanjang, aku memesan menu nasi goreng kambing. Sementara itu, Firman yang biasa mengekor di belakangku, memilih kwetiau goreng sebagai pemuas hasrat laparnya.
"Gimana? Udah ambil posisi lagi, Dhef?" tanya Firman sambil mengunyah makanannya.
"Iya, Gue baru beli dua lot tadi pagi. Agak was-was sih, tapi Gue harap bisa naik seperti analisa gue," jawabku diselingi senyuman canggung.
"Wah, Lu berani juga, ya. Tapi Lu tau nggak, Gua denger-denger ada isu serius soal perusahaan kita," katanya sambil tertawa kecil.
"Isu? Isu apa?" Terkejut aku dibuatnya.