Cinta Berbalut Kalut

Asfar Asfahan
Chapter #25

Sekte Covenant of the Final Dawn

Malam menjelang menutupi bumi dengan selimut hitamnya. Menciptakan keheningan dan ketenangan dalam peraduan. Sementara aku disini, tidak bisa menutup mata sekejappun. Bahkan, televisi yang biasa menemaniku untuk sedikit tertawa karena kelucuan dalam Talk Show Komedi “Bukan Empat Mata”, tidak membuatku tersenyum sedikitpun. Aku hanya terpaku dalam satu titik di tengah layar, dan tidak tau isi dari pembicaraan acara tersebut. 

Jam 00.30 kulihat dari ponsel kecilku yang menyala dengan sinar berwarna kuning kehijauan. Menampakkan terang pada air mukaku di gelapnya ruang tamu. Sudah dua botol air putih dingin, aku tenggak seperti seorang pemabuk di riuhnya diskotik. Dalam otakku dipenuhi oleh rasa sesal yang berlebihan, dan ketakutan akan suatu hal besar yang akan terjadi menimpaku, juga orang-orang yang aku cintai.   

Ketakutan itu bukan tanpa alasan. Aku mengingat setiap detik dari percakapan-percakapan singkat dengan Pak Rendi. Mungkin orang lain tidak akan memperhatikannya, tapi aku tau betul ada sesuatu yang aneh pada pria itu. Setiap kali Pak Rendi berbicara, suaranya tenang, tapi ada nada tersembunyi, seolah setiap kata memiliki arti ganda. Aku merasa semakin hari, kata-kata itu seperti isyarat—isyarat kepada sesuatu yang lebih besar dari sekadar dunia trading.

Ketika aku mulai mencari tau lebih dalam, bukti-bukti mulai terkumpul. Aku ingat sekali ketika suatu hari Pak Rendi tergesa-gesa meninggalkan kantor saat jam kerja masih berlangsung. Tidak ada yang memperhatikan, kecuali aku. Aku memutuskan untuk mengikuti Pak Rendi dari kejauhan. Di ujung jalan, Aku melihat Pak Rendi bertemu dengan seseorang, seorang pria berjas hitam, wajahnya tidak terlalu terlihat karena mereka berbicara di tempat yang remang-remang. Pertemuan singkat itu berlangsung di sebuah kafe, tapi anehnya, pintu kafe tertutup rapat seolah sedang ada pertemuan rahasia.

Aku sempat mengintip dari luar jendela. Di dalam, kulihat sekilas simbol-simbol aneh di kertas-kertas yang mereka bawa—lambang-lambang yang aku kenali dari bacaan lama tentang sekte-sekte rahasia. "Simbol Dajjal," batinku berbisik. Mereka menutup pertemuan dengan cara yang mencurigakan, saling bersalaman dengan gaya tertentu—jabat tangan yang tidak biasa.

Bukti lain muncul ketika aku tidak sengaja menemukan dokumen di meja Pak Rendi. Saat itu, Pak Rendi sedang pergi makan siang, dan Aku tergerak oleh rasa ingin tau yang makin menguat. Di antara tumpukan kertas kerja, aku menemukan sebuah catatan kecil yang hanya terdiri dari beberapa angka dan kata-kata singkat, tapi semuanya terasa familiar. "02112 – Panggung dibangun. Cincin keempat selesai." Apa maksudnya? Aku yakin ini bukan sekadar catatan biasa. Aku menghubungkan ini dengan konsep "cincin" yang pernah kubaca dalam teori konspirasi, tentang organisasi yang menggunakan simbol-simbol cincin untuk merencanakan kebangkitan pemimpin dunia baru.

Tak lama setelah itu, saat makan siang bersama Firman, Aku memperhatikan bagaimana Pak Rendi berbicara dengan sekelompok orang dari luar perusahaan. Orang-orang ini tampak tidak seperti Trader biasa—mereka berpakaian serba hitam, dengan lambang-lambang aneh di jaket mereka. Aku yakin ini adalah pertemuan rahasia yang sedang berlangsung di depan mata. Senyum kecil di wajah Pak Rendi saat berinteraksi dengan mereka semakin menegaskan keyakinanku: "Dia bagian dari mereka."

Lihat selengkapnya