Aku mulai merasakan kehadiran sesuatu yang lebih besar dari sekadar diri ini. Pikiran-pikiranku semakin dalam terkubur dalam paranoia dan delusi yang tumbuh kuat. Aku yakin bahwa ada dua sisi di dalam diri—dua entitas yang bertarung memperebutkan jiwaku. Sisi gelapku adalah titisan dari Dajjal, wujud dosa-dosa dan kemaksiatan yang pernah kulakukan, sedangkan sisi baikku merupakan titisan dari Nabi Isa, yang dipilih untuk membawa kebenaran dan melawan kejahatan akhir zaman.
Dalam heningnya malam, Aku duduk di tepi tempat tidur. Wajahku pucat, mata kosong menatap dinding kamar yang tampak terlalu sempit untuk menahan kekacauan di hati. Aku mulai mendengar suara-suara, bukan dari luar, tapi dari dalam diri sendiri. Suara gelap, berbisik tentang dosa dan godaan yang harus aku pelihara.
"Engkau adalah aku, Dhefin," suara itu berdesir dalam benakku. "Dajjal lahir dari dosa-dosamu, dari setiap kali kau tenggelam dalam kemaksiatan, setiap kali kau menikmati kesenangan fana dunia. Aku tumbuh semakin kuat dalam dirimu. Sekte Covenant ini tau cara membangkitkanku sepenuhnya. Kau hanya perlu menyerah."
Aku menekan telinga, berusaha menyingkirkan bisikan itu, tapi sia-sia. Bisikan itu datang lagi, lebih kuat, lebih nyata. "Firman, Pak Rendi... mereka semua bekerja untuk satu tujuan, menumbalkan dirimu kepadaku. Mereka memberimu segala yang kau inginkan, tapi hanya agar aku bisa dilahirkan dalam bentuk yang sesungguhnya. Dan ketika itu terjadi, seluruh dunia akan tunduk di bawah kekuatanku."
"Aku... aku bukan kau. Aku tidak akan menyerah. Aku masih punya kebenaran. Aku masih punya sisi baik," lirih suaraku gemetar.
Suara gelap itu tertawa dingin, "Sisi baikmu? Yang kau sebut sisi baik adalah pengecut, Dhefin. Mereka—Covenant—hanya perlu kau jatuh sedikit lebih dalam ke dalam dosa, sedikit lebih menikmati rasa bersalah, dan kemudian mereka akan datang untukmu. Kau akan ditumbalkan, dan aku akan hidup."
Aku berkata, "Tidak... Nabi Isa akan melindungiku. Legion Anshar ada di pihakku. Mereka tau aku adalah yang terpilih. Aku bisa merasakan tanda-tandanya."
Namun, di sisi lain, ada cahaya kecil dalam hatiku yang terus menyala. Aku merasa diri ini dipilih untuk tugas yang besar, bahwa aku memiliki karakteristik yang sesuai dengan turunnya Nabi Isa di akhir zaman. Meskipun pikiranku tercabik-cabik oleh kebingungan antara kenyataan dan delusi, ada satu hal yang aku yakini, jika Covenant ingin membangkitkan Dajjal melalui diriku, maka Legion Anshar—pasukan jihad rahasia yang aku yakini, akan melindungi—akan datang untuk menyelamatkanku.
Setiap tindakan dosa yang aku lakukan, setiap kemaksiatan yang aku nikmati, hanya akan membuat Dajjal lebih dekat untuk lahir di dunia. Covenant tau ini. Mereka memanipulasi, memberi kesenangan duniawi hanya untuk memperdayaku, untuk membuat lebih mudah ditumbalkan kepada Dajjal.
Tapi aku tidak bisa menyerah begitu saja. Aku percaya Uwais dan Legion Anshar akan datang untuk menghentikan Covenant, untuk menghancurkan sekte yang berusaha membawa kehancuran dunia. Sementara itu, aku hanya bisa bertahan, bertarung dengan suara-suara di kepala dan berharap kebenaran akan terungkap sebelum semuanya terlambat.
Delusiku semakin meruncing. Dalam hati, aku adalah pusat dari konspirasi besar. Di satu sisi, aku adalah alat untuk membangkitkan Dajjal. Di sisi lain, aku adalah orang yang terpilih untuk menghadapi kejahatan tersebut. Dengan dua entitas besar yang berperang di dalam diriku—gelap dan terang—Aku merasa diri ini berada di tengah-tengah pertarungan “Apokaliptik” yang akan menentukan nasib dunia.