Sabrina wanita yang sangat cantik, beliau sudah memantapkan dirinya untuk berhijrah. Semenjak seseorang yang dia sayangi meninggalkanya entah kenapa hatinya begitu terasa sangat hampa. Dulu dia memamerkan rumbut panjangnya yang hitam itu pada semua orang. Sekarang dia sudah menutupnya dengan hijab karena dia teringat dengan apa yang dikatakan oleh seorang laki-laki yang dua tahun lalu menemaninya.
"Apa aku terlihat cantik?" Sabrina mengatakan hal itu pada laki-laki yang sedang membaca buku.
"Semua wanita yang ada di bumi ini terlihat sangat cantik, tapi akan lebih cantik lagi kalau kamu menutup auratmu itu,"
Perkataan laki-laki itu terus saja terngiang di kepalanya, hingga dua tahun setelah kepergian laki-laki itu, baru Sabrina menyadarinya sekarang. Dia kehilangan sosok itu, laki-laki itu tidak pernah terlihat lagi di tempatnya saat ini. Bagaikan di telan oleh Bumi. Tidak nampak sedikitpun sosoknya di tempat biasanya dia menemui laki-laki itu.
Hingga ada seseorang yang menepuk pundak Sabrina, sekaligus menyadarkan wanita itu dari lamunannya tentang sosok laki-laki bagai kesatria penolongnya.
"Sabrina, kamu tidak ingin pergi dari ini?"
Pertanyaan dari temannya, menyadarkan dia dari lamunannya tentang laki-laki yang pernah singgah dalam hatinya. Sabrina melihat kearah orang yang memanggilnya, dia tersenyum sekilas kala melihat wanita itu adalah temannya yang bernama Binar. "Aku masih ingin diperpustakan ini,"
Binar tau apa yang saat ini dilakukan Sabrina ditempat seperti ini. Pasti menunggu seseorang yang dulu manjadi teman dekat Sabrina.
"Kamu masih menunggunya ditempat ini Sabrina?" pertanyaan Binar yang tidak menyangka kalau Sabrina masih setia menunggu laki-laki itu sampai sekarang.
"Aku akan menunggu kedatangannya, aku sangat yakin kalau dia pasti akan kembali,"
Binar merasa sengat sedih mendengar apa yang dikatakan oleh Sabrina. Sebagai seorang teman, dia merasa sangat tidak tega dengan Sabrina yang bersikap seperti itu. Binar nampak berpikir sejenak, apa sebaiknya dia mengatakan yang sebenarnya saja pada Sabrina agar tidak selalu menunggu laki-laki itu. Satu sisi dia telah berjanji pada seseorang untuk tidak mengatakannya. Tapi dia marasa kasihan dengan Sabrina. Binar menghela nafasnya sangat berat hati.
"Laki-laki itu sudah pergi sejak dua tahun yang lalu, dia tidak akan lagi kamu temukan disini," ucap Binar.
Binar memang tau tentang dirinya dan laki-laki itu. Wajar saja dulu kami sangatlah dekat, berbeda dengan sekarang. Kami terasa sangatlah jauh.
Binar mengusap punggung Sabrina. Dia sangat tau apa yang menimpa temannya sekarang. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuknya mengatakan semaunya.
"Ikhlaskan dia Sabrina, mungkin dia bukan jodohmu, sampai kapan kamu harus menunggu dia terus seperti ini. Dia tidak akan pernah kembali lagi."
Sabrina menatap tajam kearah Binar. Kenapa sekarang seperti mengetahui tentang laki-laki itu. Apa ada yang disembunyikan oleh Binar?