Cinta Bersemi di Kolong Jembatan Miring

Andika Paembonan
Chapter #2

Bab 2: Percakapan Tak Terduga

 Setelah Gading menggoda Andi tentang Liana, Andi merasa tak nyaman. Ia tak biasa menjadi pusat perhatian, terutama dari gadis yang bahkan belum pernah ia ajak bicara. Namun, ada sesuatu dari Liana yang menarik perhatiannya—cara Liana menunduk, rambutnya yang jatuh ke depan saat ia mencuci, dan sesekali ia menyeka keringat di dahinya.

 Sore itu semakin menjelang senja. Matahari mulai merendah, melemparkan cahaya keemasan yang menyinari sungai. Liana mulai selesai dengan cuciannya, dan teman-temannya, Caya dan Fitri, sudah lebih dulu bersiap pulang. Caya melambai ke arah Alam, memberi isyarat bahwa mereka akan pulang. Alam membalas lambaian itu dengan senyum dan anggukan kecil. Andi masih duduk diam, memandang Liana dari kejauhan, berusaha memutuskan apakah harus memulai percakapan atau tetap diam.

 Sebelum Andi bisa memikirkan lebih lanjut, Liana menyeberangi sungai bersama Fitri dan Caya. Mereka berjalan menuju jembatan, dan tanpa sengaja Liana sedikit tersandung oleh bebatuan sungai. Dengan cepat, Andi berdiri dan hampir mendekat untuk membantu, namun Liana dengan sigap menyeimbangkan diri dan tertawa kecil.

 "Tak apa-apa," ujar Liana sambil tersenyum ke arah Andi yang sudah berdiri canggung di pinggir sungai.

 Andi tersipu, tidak tahu harus mengatakan apa. "Eh... iya... hati-hati," balasnya kaku.

 Seketika suasana menjadi sedikit canggung. Liana yang biasanya tenang mulai merasa aneh diperhatikan, sementara Andi sendiri tidak tahu bagaimana cara memulai percakapan dengan gadis yang baru saja dikenalnya. Gading dan teman-teman lainnya yang masih asyik mandi di sungai, menyadari situasi ini, dan mulai berbisik-bisik satu sama lain.

Lihat selengkapnya