Cinta Bersemi di Kolong Jembatan Miring

Andika Paembonan
Chapter #7

Bab 7: Ada Harapan

Setelah perasaan mereka saling terungkap, hari-hari Andi dan Liana berubah menjadi lebih tenang dan penuh harapan. Mereka tidak terburu-buru untuk melabeli hubungan mereka sebagai sesuatu yang resmi, namun kehadiran Liana di setiap sore di Jembatan Miring terasa berbeda sekarang. Ada kedekatan yang lebih dalam, meski tanpa perlu banyak kata.

Sore itu, Andi datang lebih awal ke Jembatan Miring. Ia duduk di tempat favoritnya, di atas batu besar yang menghadap sungai. Angin sore bertiup lembut, membawa hawa sejuk yang biasa ia nikmati. Sejak perbincangan terakhir dengan Liana, Andi merasa lebih ringan, seolah sebuah beban yang selama ini menekan hatinya telah diangkat. Namun, di saat yang bersamaan, ia juga sadar bahwa ada tanggung jawab yang datang dengan perasaan ini.

Tidak lama setelah itu, Liana muncul di seberang sungai, seperti biasanya ditemani Caya dan Fitri. Mereka menyapa Andi dan teman-temannya dengan senyum yang hangat, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Liana. Meski tidak ada kata-kata, Andi tahu mereka berdua sudah saling memahami.

“Eh, Andi!” teriak Gading dari kejauhan, membuyarkan lamunan Andi. “Kamu nungguin Liana lagi, ya?”

Andi tersenyum geli. Sudah menjadi kebiasaan Gading dan Rio untuk selalu menggoda Andi setiap kali mereka berkumpul. Namun kini, godaan mereka terasa lebih ringan. Andi sudah tidak lagi merasa canggung atau tertekan, bahkan ia mulai menikmati candaan teman-temannya.

“Cie, Andi! Jangan lupa, nanti nyanyi lagi, ya!” Rio menambahkan sambil berjalan mendekati Andi. 

Andi hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. “Kalian ini, nggak ada habis-habisnya ya godain aku?”

Suasana sore itu kembali diwarnai canda tawa. Teman-teman Andi mulai bercengkerama, sesekali bercanda tentang siapa yang akan memenangkan pertandingan sepak bola yang mereka rencanakan untuk esok hari. Namun, meski berada di tengah-tengah mereka, pikiran Andi sesekali melayang ke Liana di seberang sungai.

Setelah beberapa saat, Andi akhirnya memberanikan diri berjalan ke tepi sungai, mendekati tempat Liana berada. Hatinya berdebar, tapi ia mencoba menenangkan dirinya. Ketika Liana melihat Andi mendekat, wajahnya berubah menjadi sedikit gugup, namun ia tetap menyambut Andi dengan senyum.

“Kamu datang lebih awal hari ini,” kata Liana sambil tersenyum lembut.

Lihat selengkapnya