Cinta Bersemi di Kolong Jembatan Miring

Andika Paembonan
Chapter #9

Bab 9: Cinta yang Tumbuh Perlahan

Setelah perasaan mereka saling terungkap di Pasar Karetan, hubungan Andi dan Liana berubah secara perlahan tapi pasti. Setiap hari terasa lebih bermakna, dan setiap momen yang mereka lewati bersama membawa kebahagiaan yang baru. Meski demikian, mereka tidak ingin tergesa-gesa. Mereka sepakat untuk menjalani hubungan ini dengan santai, menikmati setiap detiknya tanpa tekanan.

Ramadhan hampir berakhir, dan suasana desa mulai dipenuhi dengan persiapan Idul Fitri. Di setiap sudut desa, orang-orang sibuk membersihkan rumah, memasak kue tradisional, dan menyiapkan segala kebutuhan untuk merayakan hari besar. Andi dan Liana pun merasakan semangat itu. Mereka berdua, meskipun sibuk dengan keluarga masing-masing, selalu meluangkan waktu untuk saling bertemu, baik di Jembatan Miring atau ketika mereka bertemu di pasar.

Sore itu, Andi duduk di tepi sungai di bawah Jembatan Miring, tempat favorit mereka berdua. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut, membawa aroma dedaunan basah dan air sungai yang segar. Andi sedang menunggu Liana, yang biasanya datang sore hari setelah membantu ibunya di rumah. Meskipun hanya beberapa hari sejak mereka resmi jadian, Andi sudah merasakan perbedaan dalam hidupnya. Kehadiran Liana memberi warna baru, seperti matahari yang muncul setelah hujan.

Tidak lama kemudian, dari kejauhan, Liana muncul. Ia berjalan dengan langkah ringan, senyum lembut menghiasi wajahnya. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai, dan pakaian sederhana yang dikenakannya membuatnya tampak anggun di mata Andi. Setiap kali melihat Liana, Andi merasa hatinya berdegup lebih cepat.

“Hai, Andi!” sapa Liana ceria sambil duduk di sampingnya.

“Hai, Liana,” jawab Andi sambil tersenyum. “Kamu sibuk banget hari ini?”

“Iya, di rumah lagi banyak yang harus disiapkan buat lebaran. Tapi aku nggak mau melewatkan momen sore kita di sini,” jawab Liana dengan nada lembut, membuat hati Andi terasa hangat.

Lihat selengkapnya