Cinta Bersemi di Kolong Jembatan Miring

Andika Paembonan
Chapter #19

Bab 19: Keluarga Devi yang Tersembunyi

Minggu pagi datang dengan sinar matahari yang lembut dan angin sepoi-sepoi. Andi duduk di teras rumahnya, masih terbuai oleh kenangan indah dari apel pertamanya semalam di rumah Devi. Meskipun malam itu telah berlalu, perasaan hangat dan nyaman tetap tinggal di hatinya. Namun, ada sesuatu yang masih menggantung dalam pikirannya—ia belum banyak tahu tentang keluarga Devi, terutama tentang saudara-saudaranya.

Selama percakapan dengan Pak Rahmat dan Bu Siti, Andi menyadari bahwa mereka tidak menyebutkan apapun tentang anak-anak lain selain Devi. Sejak awal, Andi berpikir Devi mungkin anak tunggal karena selama beberapa kali bertemu, ia tidak pernah mendengar cerita tentang saudara-saudara Devi. Namun, rasa ingin tahunya semakin tumbuh. Bagaimanapun, mengetahui lebih banyak tentang keluarga Devi adalah langkah penting untuk mengenal Devi lebih dalam.

Hari itu, Andi memutuskan untuk mengirim pesan singkat kepada Devi. Ia ingin mengajak Devi jalan-jalan santai sore itu, sebuah kesempatan untuk berbicara lebih dalam tentang banyak hal, termasuk keluarganya. Devi membalas pesannya dengan cepat dan setuju untuk bertemu di taman kota pada sore harinya.

Sore harinya, Andi tiba lebih awal di taman. Taman kota tempat mereka sering bertemu adalah tempat favorit mereka sejak mulai dekat. Taman itu tidak terlalu ramai, dengan pohon-pohon rindang yang memberikan keteduhan. Di tengah taman terdapat bangku-bangku kayu yang menghadap ke air mancur kecil, tempat di mana Andi dan Devi biasa duduk berbincang.

Tak lama setelah Andi tiba, Devi muncul dari kejauhan, berjalan pelan menuju tempat mereka sering duduk. Andi berdiri menyambutnya dengan senyuman lebar, dan Devi membalas dengan senyuman manis yang selalu membuat hati Andi bergetar. Mereka duduk bersama, merasakan kehangatan sinar matahari yang mulai tenggelam, menciptakan suasana yang nyaman untuk berbincang.

Setelah beberapa percakapan ringan, Andi akhirnya membuka topik yang sejak tadi memenuhi pikirannya. “Devi, aku baru sadar kemarin saat apel di rumahmu, aku belum tahu banyak tentang keluargamu, selain orangtuamu, tentu saja.”

Devi menatap Andi dengan mata yang sedikit terkejut. “Oh, iya, mungkin aku memang belum banyak cerita ya. Maaf, aku pikir kamu sudah tahu.”

Andi menggelengkan kepala, senyum kecil tersungging di bibirnya. “Nggak apa-apa kok. Aku justru penasaran. Kamu nggak pernah cerita banyak tentang saudara-saudaramu. Kamu anak tunggal, atau...?”

Devi tertawa pelan, terlihat sedikit malu. “Oh, ternyata kamu belum tahu. Aku sebenarnya anak ketiga dari empat bersaudara. Kakakku dua cewek, dan adikku juga cewek.”

Mata Andi melebar, benar-benar terkejut mendengar pengakuan itu. “Serius? Jadi kamu punya tiga saudara perempuan? Kenapa aku nggak pernah dengar cerita tentang mereka?”

Devi mengangkat bahu dengan santai. “Mungkin karena mereka sering sibuk sendiri. Dua kakakku, Mbak Rina dan Mbak Nadia, sudah bekerja. Mereka jarang ada di rumah karena pekerjaan mereka di luar kota. Adikku, Lia, masih SMP, tapi dia juga sering sibuk dengan teman-temannya, jadi kadang kita jarang terlihat bersama.”

Lihat selengkapnya