Cinta Bersemi di Kolong Jembatan Miring

Andika Paembonan
Chapter #22

Bab 22: Pengakuan di Malam Minggu

Malam itu, langit desa tampak cerah dengan ribuan bintang berkelap-kelip di atas sana. Bulan sabit menggantung rendah di cakrawala, memberikan cahaya lembut yang menerangi pepohonan dan jalan setapak. Suasana malam minggu di desa selalu berbeda; meskipun tenang, ada getaran halus yang membuat malam terasa istimewa. Anak-anak bermain di halaman rumah, orang-orang duduk di beranda, berbincang ringan sambil menikmati udara malam yang sejuk.

Di salah satu sudut desa, Andi sedang duduk di sebuah bangku kayu di bawah pohon besar yang rindang. Tempat itu adalah tempat favoritnya sejak kecil. Di sana, ia sering merenung, menulis, dan kadang hanya duduk diam menikmati ketenangan malam. Namun malam ini, hatinya terasa lebih berdebar daripada biasanya. Ia menunggu seseorang.

Devi.

Malam minggu ini, mereka memutuskan untuk bertemu. Bukan kebetulan atau pertemuan singkat seperti biasa. Kali ini, Andi sengaja mengundang Devi untuk duduk bersamanya, berbincang dan menghabiskan malam bersama. Tapi di dalam hati, Andi tahu ada sesuatu yang lebih besar yang ingin ia ungkapkan malam ini.

Sejak pertemuan mereka di pagi hari beberapa waktu lalu, perasaan Andi terhadap Devi semakin jelas. Ia tidak lagi bisa menahan apa yang ia rasakan. Setiap kali ia memikirkan Devi, ada rasa hangat yang memenuhi dadanya, sebuah keyakinan bahwa Devi adalah seseorang yang spesial dalam hidupnya. Dan malam ini, Andi bertekad untuk mengatakan apa yang selama ini ia pendam.

Tak lama setelah itu, Devi muncul. Ia berjalan pelan di jalan setapak, mengenakan pakaian sederhana yang terlihat indah dalam cahaya bulan. Rambutnya tergerai, bergerak lembut mengikuti hembusan angin malam. Devi melangkah dengan tenang, tetapi di wajahnya terlihat ada sedikit keraguan, mungkin karena ia juga merasa ada sesuatu yang berbeda dari malam ini.

“Andi,” panggil Devi lembut ketika ia sampai di dekat bangku tempat Andi duduk.

Andi tersenyum sambil bangkit berdiri. “Devi, duduk sini,” jawabnya, menunjuk ke bangku di sebelahnya.

Devi duduk di sebelah Andi, dan keduanya terdiam sejenak, menikmati keheningan malam yang tenang. Di kejauhan, terdengar suara jangkrik yang saling bersahutan, menjadi musik latar alami yang melengkapi suasana.

Andi memandangi Devi dari samping. Dalam hati, ia berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengatakan apa yang selama ini tersimpan di dalam hatinya. Tangannya sedikit berkeringat, dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

“Aku senang kita bisa ketemu malam ini,” kata Andi akhirnya, memecah keheningan.

Devi tersenyum lembut. “Aku juga, Andi. Udara malam ini enak banget, ya? Tenang dan sejuk.”

Andi mengangguk. “Iya, aku suka banget sama suasana malam di desa kita. Rasanya damai. Dan... ada satu hal lagi yang bikin malam ini lebih spesial buatku.”

Devi memandang Andi dengan tatapan penasaran. “Apa itu?”

Lihat selengkapnya