Cinta Bersemi di Kolong Jembatan Miring

Andika Paembonan
Chapter #23

Bab 23: Akhir dari Sebuah Awal Baru

Beberapa bulan telah berlalu sejak malam di mana Andi mengungkapkan perasaannya kepada Devi. Sejak saat itu, hubungan mereka berubah. Mereka tidak lagi hanya bertemu tanpa sengaja atau mengobrol sebagai teman biasa, tetapi kini ada kehangatan dan kedekatan yang lebih mendalam dalam setiap pertemuan. Meskipun kehidupan di desa berjalan seperti biasa—sederhana dan tenang—dunia Andi dan Devi terasa berbeda.

Setiap malam minggu, Andi dan Devi duduk di tempat favorit mereka di bawah pohon besar di dekat lapangan desa. Mereka berbagi cerita, tertawa, dan berbicara tentang masa depan. Bagi Andi, setiap malam bersama Devi adalah hadiah yang tak ternilai. Meski keduanya masih muda dan mungkin belum tahu apa yang akan datang di masa depan, mereka yakin bahwa perasaan ini nyata dan kuat.


***


Suatu sore, Andi sedang duduk di beranda rumahnya sambil memainkan gitar. Ia memetik lagu-lagu yang selama ini sering mereka nyanyikan bersama—lagu-lagu Peterpan dan Ungu yang menjadi soundtrack masa remaja mereka. Namun, sore ini ada sesuatu yang berbeda. Di dalam hatinya, Andi merasa ada perasaan tidak menentu yang terus menghantui pikirannya. Perasaan itu tidak ia ungkapkan kepada Devi, tetapi ia tahu bahwa suatu hari nanti, perasaan ini harus dihadapi.

Saat Andi termenung, Devi muncul dari jalan setapak yang mengarah ke rumah Andi. Senyumnya tetap manis seperti biasa, tetapi kali ini ada sedikit keraguan di matanya. Ia berjalan pelan menuju Andi, lalu duduk di sebelahnya di beranda.

"Kamu lagi mikirin apa, Andi?" tanya Devi sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi kayu yang mulai usang.

Andi menoleh, menatap Devi dengan pandangan lembut namun serius. “Devi, aku lagi mikirin kita. Tentang masa depan kita.”

Devi menunduk, seolah sudah tahu apa yang akan Andi katakan. Mereka sudah beberapa kali membicarakan masa depan, tapi kali ini sepertinya lebih serius. “Apa maksudmu?”

Andi menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. “Kamu tahu, Devi, kita udah semakin dekat. Aku benar-benar suka sama kamu, dan aku merasa nyaman setiap kali kita bersama. Tapi kita juga harus realistis. Sekarang, kita masih muda. Kita punya mimpi masing-masing, dan aku nggak mau perasaan ini malah jadi beban buat kita ke depannya.”

Devi mendengar kata-kata Andi dengan seksama. Meskipun ia merasa sedih mendengar hal ini, ia juga memahami maksud Andi. Mereka masih duduk di bangku SMP, belum ada kepastian tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Meskipun hubungan mereka begitu indah saat ini, kehidupan setelah lulus sekolah menunggu mereka, dan itu bisa saja membawa perubahan yang tidak terduga.

“Aku ngerti, Andi,” jawab Devi pelan. “Aku juga sering mikir tentang itu. Kita nggak tahu apa yang bakal terjadi nanti. Tapi aku percaya sama kamu. Aku percaya sama apa yang kita punya sekarang.”

Andi tersenyum kecil. “Aku juga, Devi. Aku percaya sama perasaan ini. Tapi aku juga nggak mau kamu merasa terbebani karena hubungan kita. Aku mau kita tetap fokus sama pendidikan kita, sama mimpi-mimpi kita. Aku ingin kita saling dukung, apapun yang terjadi.”

Lihat selengkapnya