Raden Ajeng Sasmaya Kamala

Dyah Ayu S.C.
Chapter #7

7. Peraturan Kanjeng Rama

Jam sudah menunjukkan pukul 14.50 saat aku keluar dari ruang perkuliahan. Persamaan Diferensial Parsial memang tidak pernah cukup jika hanya dilangsungkan dalam tiga jam pelajaran saja. Apalagi yang mengajar adalah Pak Zaky, dosen muda yang energik. Untungnya beliau ganteng dan lajang, jadi teman-teman anteng saja dengan molornya waktu perkuliahan. Bahkan, mata kuliah yang sulitnya tidak terampuni itu menjadi lebih gampang. 

Aku menuju tempat duduk di depan kelas, mengambil ponsel untuk menghubungi Faqih. Sambungan pertama tidak diangkat. Dengan jengkel, aku kembali menekan panggilan untuk yang ke dua. Faqih mengangkat pada dering ke tiga. 

"Sas, maaf aku ada rapat BEM."

"Nggak bisa ngantar aku pulang?"

"Iya, nggak bisa."

"Ya udah."

"Kamu nggak marah, kan?"

Aku diam, tidak menyahut. Aku sedang sangat capek saat itu. Membayangkan harus jalan kaki menuju kos rasanya begitu meletihkan.

"Sas?"

"Hm?"

"Kamu di mana sekarang?"

"Depan Teknik."

Karena sangat jengkel, aku memutus panggilan Faqih begitu saja, lalu melanjutkan berjalan. Sendiri. Teman-temanku sudah pulang lebih dulu tadi, saat aku sibuk menelepon Faqih.

Tepat di depan gedung rektorat, aku melihat Faqih dengan motornya. Dia menghampiriku. Aku menggigit bibir. Cukup heran, tapi juga tersanjung. 

"Katanya rapat?"

"Iya nggak apa-apa aku tinggal dulu. Ayo!"

Aku menaiki boncengan Faqih dalam diam. Otakku menjadi sibuk memikirkan sikapnya. Dia meninggalkan rapat sejenak demi mengantarku pulang. Aku lantas membandingkan dengan apa yang biasa kutemui di lingkungan keluargaku, bahwa seorang perempuan, seorang istri adalah pelayan bagi suaminya.

Rama tidak akan pernah menyempatkan diri untuk mengantar atau menjemput ebhu ke pasar. Padahal, ebhu belanja ke pasar sekitar jam lima pagi. Rama belum sibuk mengurusi toko pada jam-jam itu. Paling-paling beliau akan duduk santai sambil minum kopi yang sudah disiapkan ebhu sebelum berangkat ke pasar. 

Sepulang dari pasar, ebhu akan sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Sementara rama masih asyik di serambi depan. Dapur adalah wilayah terlarang untuk dimasuki oleh laki-laki. Sama haramnya dengan laki-laki menyentuh sapu maupun baju dan piring kotor. 

Tugas laki-laki hanya satu, bekerja.

"Saharusnya kamu nggak perlu ninggalin rapat, Faqih."

Lihat selengkapnya