Seperti biasa udara pagi kota Merang nampak sejuk dan segar. Namun, hal ini biasanya tak berjalan lama karena mulai pukul 7 pagi saja udara sejuk langsung berubah menjadi debu dan asap kendaraan bermotor. Oleh sebab itu tokoh utama kita yaitu Yuri seringkali berangkat sekolah pada pukul 6 pagi. Selain karena rumahnya cukup jauh ia juga ingin menikmati jalan yang masih sepi. Jika Yuri berangkat pukul 6 pagi maka ia akan sampai pukul 06.30.
Sesampainya di sekolah, Yuri menemukan kondisi sekolah masih sepi. Ia pun memakirkan motornya dan berjalan menuju kelasnya. Namun, tiba-tiba saja bulu kuduknya berdiri dan Yuri tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya.
“Oiiii!!!! masih pagi dah dateng aje lu,” ucap seseorang sembari mengeplak kepala Yuri dari belakang. Tentu saja pria itu tak lain tak bukan adalah Iono.
“Duh gak usah pakai ngeplak pula.”
“Maaf, tapi tumben lu masih pagi gini dah sampai di sekolah.”
“Hah!? gue selalu datang pagi ngindarin macet lagian kayaknya lu yang sering datang mepet.”
“Oh iya pantes kita gak pernah ketemu di pagi hari ya.”
Tiba-tiba saja mereka bertemu dengan dua orang yang nampaknya senior. Senior itu menyapa Iono dan balik menyapa mereka.
“Lu kenal?” tanya Yuri.
“Iye kakak kelas dari ekskul, oh iya lu gimana ikutan ekskul ape?”
“Lu itu gampang banget bergaul ye, gue? Kalau gue ikut ekskul bola sih.”
“Wih ngapain?”
“Ya biar imbanglah akademik dan atletik.”
Tanpa mereka sadari akhirnya mereka sudah tiba di depan kelas 10-6, merekapun masuk dan melihat kelas masih sepi.
30 menit kemudian bel tanda masuk berbunyi dan kelas kini sudah hampir penuh, hampir karena selama dua minggu terakhir selalu ada bangku kosong ketika bel masuk berbunyi. Bangku itu adalah bangku di samping Yuri, bangku miliki Edelyn. Tentu saja pada akhirnya Edelyn selalu hadir namun ia selalu telat dan datang dalam kondisi ngos-ngosan. Hari itu juga seperti biasanya, Edelyn datang beberapa menit setelah bel masuk berbunyi dalam kondisi berkeringat karena nampaknya habis berlarian. Seisi kelas yang awalnya nampak heran kini mulai terbiasa melihat kejadian itu.
Pukul 12.00 adalah waktu makan siang untuk para siswa. Di SMA Merang ini tidak ada sistem makan siang gratis meskipun dulu pernah ada namun urung berlanjut karena presidennya kena korupsi anggaran makan siang gratis. Anyway kembali ke masa sekarang, jadi hal yang lumrah buat siswa untuk membawa bekal atau membeli di kantin. Kala itu Yuri memilih membawa bekal dari rumah sementara Iono tentu saja ia terlalu malas untuk menyiapkan bekal.
“Oii Yuri, ke kantin yok.”
“Lu gak lihat napa?” ucap Yuri smebari menunjuk ke tempat bekal yang ada di mejanya.
“Yahh btw, tempat ini kok kosong,” balas Iono sembari duduk di kursi milik Edelyn yang memang kosong.
“Si Edelyn mah tiap bel istirahat bunyi langsung keluar mungkin ke kantin.”
“Iyakah tapi gue gak pernah lihat dia di kantin sih.”
Tiba-tiba saja obrolan mereka dipotong oleh orang yang ada dibelakang mereka yaitu Dion.
“Lo gak tahu kemana teman sebangku lo dan lo masih nganggap diri lo sebagai ketua kelas yang baik?” tanya Dion.
“Gue gak melabeli diri gue sebagai ketua kelas yang baik tapi ya sih meskipun kami sebangku tapi kami jarang banget ngobrol dan ia selalu tak menghiraukan obrolan kecilku,” balas Yuri.
“Biar gue kasih tahu ya, si Edelyn itu ketika istirahat selalu pergi ke rooftop lebih tepatnya di tangga menuju rooftop.”
“Kok lu tau?” tanya Iono.
“Eh… kebetulan aku ingin ke rooftop dan ketemu dia,” balas Dion nampak panik.
“Yah meskipun sudah dua minggu gue juga jarang ngobrol sama dia dan gue ngelihatnya dia juga suka menyendiri,” ucap Yuri.
“Eh tapi tau gak beberapa hari laku gue lihat dia di sana sama cewek yang dari badgenya sepertinya angkatan kita,” balas Dion.
“Jangan-jangan? Aku jadi penasaran,” ucap Yuri.
“Emang kenapa?” tanya Iono.
“Bukan apa-apa.”
“Oh sial, waktu istirahat tinggal 15 menit lagi, gue harus buru-buru,” ucap Iono sembari lari keluar kelas menuju kantin.
Keesokan harinya.
Jam pelajaran berjalan normal seperti biasanya dan waktu menyisakan 15 menit sebelum jam istirahat. Namun, pemandangan unik nampak terlihat. Kursi sebelah Edelyn yang merupakan milik tokoh utama kita nampak kosong. Hal ini jarang sekali terjadi meskipun Yuri sebenarnya masuk sekolah namun ia izin keluar beberapa menit yang lalu. Ternyata sampai bel istirahat berbunyi Yuri masih belum kembali ke kelas. Seisi kelas nampak kaget melihat fenomena itu karena Yuri yang merupakan ketua kelas dan merupakan murid teladan menghilang saat pembelajaran. Namun, hal itu bukanlah menjadi perhatian untuk Edelyn.
Edelyn menghiraukan semuanya dan berjalan keluar kelas sembari membawa bekalnya. Edelyn langsung menuju ke tempat favoritnya yaitu tangga rooftop. Namun, disana Edelyn terkejut karena melihat Yuri sudah berada di sana sembari rebahan.
“Ah sudah waktunya istirahat ya? Sepertinya aku keluar terlalu cepat … ah maksudku keluar kelas,” ucap Yuri yang kini sudah beranjak duduk.