Di pagi yang cerah ini, kita tidak sedang melihat rumah yang familiar. Jika pada biasanya kita memulai cerita di sekolah atau di kediaman Hartono namun pada kali ini kita memulai cerita di sebuah rumah sedang yang nampak biasa saja. Di dalam rumah itu terdapat sebuah keluarga yang terlihat bahagia kecuali ketika pagi di hari kerja.
Alarm berbunyi menunjukan pukul 06.00 dan ini bukanlah kali pertama alarm berbunyi di pagi itu. Menyadari alarm berbunyi berkali-kali membuat sang ibu rumah tangga di keluarga itu terbangun. Ia nampak kaget karena waktu sudah menunjukan pukul 6 pagi. Ia pun langsung membangunkan suaminya yang berada di sampingnya. Dengan mata masih berat sang suami pun terbangun. Setelah berhasil membangunkan suaminya, si ibu rumah tangga kini berusaha membangunkan anaknya yang ada di kamar sebelah. Ia pun langsung keluar dari kamarnya dan mengetuk dengan keras pintu kamar anaknya.
“Bambang!!! bangun Bambang sudah pagi, ntar lu telat berangkat sekolah.”
Yap benar orang yang ada di dalam kamar adalah Bambang atau yang biasa kita kenal sebagai Iono dan ini adalah kediaman keluarga Hariono.
Setelah mendengar ocehan dari ibunya yang menyuruhnya bangun, Iono hanya melihat ke arah ponselnya dan kembali tidur. Hingga beberapa saat kemudian pintunya didobrak oleh ibunya yang nampak sangat marah.
“Bangun gak lu!! dah pagi nih,” ucap sang ibu dengan nada marah.
“I-iya bu, Bambang bangun nih,” balas Iono nampak panik.
Iono pun bangun dari kasurnya yang berantakan itu dan langsung menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian Iono yang sudah rapi (baginya) berjalan lewat saja di depan ibunya yang nampak sudah menyiapkan sarapan.
“Gak sarapan?” tanya ibunya.
“Gak dulu lah bu dah siang nih, Bambang takut telat,” balas Iono
“Gak bapak gak anak ternyata sama aja. Makanya kalau bangun itu lebih awal.”
“lah ibu juga telat bangunnya.”
“Oh berani ngelawan sama orang tua, gak takut durhaka lu.”
“Iya iya maaf, yaudah Bambang berangkat dulu ya,” ucap Iono sembari mencium tangan ibunya.
Iono pun pergi ke garasi untuk mengambil motor vespa jadulnya itu dan bersiap berangkat ke sekolah.
Sesampainya di sekolah.
Tentu saja Iono terlambat, untungnya ia tak terlalu terlambat jadi ia masih diperbolehkan untuk masuk sekolah tapi ia harus mendorong motornya sampai ke tempat parkir. Di tengah kejadian itu Iono kebetulan bertemu dengan seniornya yaitu Rizky anak kelas 2 yang nampak sedang jalan aja.
“Oii Iono!!! ngapain dorong motor segala?” ucap Rizky.
“Lu gak lihaf napa bang, gue telat nih,” balas Iono.
“Yaelah lagian lu napa markir motor di sekolahan sih?”
“Lah dimana lagi bang?”
“Gini lu hari ini mau bolos gak?”
“Gak ah bang ada pelajaran dari guru killer, takut gue kalau bolos.”
“Yaudah ntar kalau lu pulang sekolah langsung ke tempat biasanya ya. Ntar gue kasih tahu tempat yang aman buat nyimpen motor.”
Iono hanya mengangguk dan terus mendorong motornya menuju pakiran.
Sepulang sekolah.
Iono yang seharian nampak sangat lemas tiba-tiba saja menajdi segar kembali ketika mendengar bel pulang. Karena semangatnya dah balik ia pun menghampiri Yuri yang kali ini masih ada bangkunya.
“Oii Yuri main yok, habis ini gue gak ada latihan jadi gabut.”
Yuri tak membalas ajakan dari Iono, ia nampak sibuk menatap ponselnya. Iono pun menepuk pundak Yuri dan dari situlah akhirnya Yuri sadar.
“Oh Iono maaf gue gak ngeh. Tadi lu bilang apa?”
“Setelah sekian lama akhirnya gue ada waktu free nih, ngopi yuk.”
Yuri mematikan ponselnya dan menaruhnya di sakunya. Namun, sebelum Yuri mematikan ponsel sepenuhnya Iono berhasil mengintip sebentar. Dari situ Iono tahu kalau Yuri sedang chattingan dengan seseorang bernama Anya.
“Ah maaf No hari ini gue dah ada janji ama orang lain,” ucap Yuri.
“Ah begitu ya? Ngomong-ngomong Anya tuh siapa?” balas Iono.
“Kenapa emangnya?”
“Nggak gue hanya berpikir apakah dia orang yang sangat penting sampai lu lupa sama gue.”
“Apa maksud lo? Ah loh ngintip hp gue ya?”
“Bukan ngintip kalau lu yang secara terbuka nunjukin ke dunia.”
Mendengar percakapan antara Yuri dan Iono membuat Edelyn yang berada di samping mereka sampai tertawa kecil. Tentu saja tawa kecil dari Edelyn itu diketahui oleh Iono dan Yuri.
“Ah maaf apakah aku mengganggu?” tanya Edelyn dengan sedikit canggung.
Yuri hanya menggelengkan kepalanya sementara Iono tak tahu harus berbuat apa. Setelah itu Edelyn segera membereskan barangnya dan berjalan keluar kelas.
“Anyway, maaf kalau akhir-akhir ini gue seperti mengabaikan lu tapi percayalah kalau gue ada urusan yang harus gue selesain dan gue gak mau membuat lu khawatir,” ucap Yuri.
Iono melihat raut wajah dari Yuri dan karena ia sudah berteman dengan Yuri cukup lama jadi ia tahu kalau kala itu Yuri benar-benar jujur.
“Baiklah kali ini gue bakal percaya, tapi Yuri kuharap apapun masalahmu itu cepat selesai dan jangan ragu-ragu untuk menghubungiku kalau lu butuh bantuan,” ucap Iono sembari mengelurkan tangannya untuk jabat tangan dengan Yuri.
Yuri pun membalas jabat tangan dari Iono dengan senyuman. Kemudian Yuri pun nampak keluar kelas dengan wajah sedikit gelisah meninggalkan Iono yang hanya bisa tersenyum dari jauh.
Iono pun teringat kalau ia diajak keluar oleh seniornya pas pagi hari tadi. Karena gak ada kegiatan Iono pun memilih untuk ikut seniornya ke base camp.
Base camp yang dimaksud adalah sebuah warung kopi yang berada di dalam gang. Kenapa warung kopi yang terkesan terpencil ini menjadi base camp? Tentu saja karena lokasinya sulit dilacak jadi bisa menjadi tempat bolos yang sempurnya untuk anak-anak.
Iono pun datang ke base camp tersebut. Di sana ia melihat Rizqy sedang ngobrol dengan beberapa orang. Salah satu orang yang menonjol kala itu adalah Bobby.
Rizqy menyadari Iono yang datang, ia pun langsung mengajak Iono untuk duduk di sampingnya. Ketika Iono duduk ia sadar kalau orang yang ada di depannya adalah Bobby yang merupakan ketua geng oh dan juga di samping Bobby ada Alex Ridho yang merupakan teman sekelas Iono.
“Oi Lex gue gak ngeliat lu di kelas sama sekali hari ini?” tanya Iono.