CINTA BUNGA LILY

Permadi Bakhtiar
Chapter #11

BEND IT LIKE WARD-PROWSE

Terik matahari di siang itu terasa sangat panas sekali, maklum namanya juga negara tropis jadi sengatan matahari merupakan hal yang biasa. Hal ini terlihat dari pertandingan sepak bola antar SMA yang tetap dilaksanakan meskipun suhu sudah berada di atas ambang wajar. Pertandingan di siang hari itu mempertemukan antara SMA 69 Merang melawan SMA 1 Merang. Pertandingan yang sudah berlangsung selama 60 menit ini berjalan satu arah dimana SMA 1 Merang mendominasi jalannya laga. Skor di laga tersebut adalah 3-0 dimana ketiga gol tersebut dicetak oleh kapten sekaligus pemain andalan mereka yaitu Bobby. Karena nampak sudah unggul sang pelatih beruapaya mengistirahatkan Bobby, maka dari itu ia memanggil satu pemain di bench yang tak lain dan tak bukan adalah Yuri.

Yuri pun memulai pemanasannya sembari melihat jalannya pertandingan. Permainan dari SMA 1 Merang sangatlah simple, bagi mereka apapun yang terjadi umpan terakhir harus menuju ke Bobby yang berposisi sebagai penyerang tengah. Yuri pun sudah selesai pemanasan dan mengganti bajunya, ia pun bersiap untuk masuk ke lapangan. Ketika Yuri akan masuk tiba-tiba saja rekan setim Yuri semua bersorak karena Bobby baru saja mencetak gol keemapatnya. Setelah selebrasi selesai Bobby pun digantikan oleh Yuri. Bobby berjalan meninggalkan lapangan dengan diiringi oleh tepuk tangan dari para penonton yang hadir di siang itu. Yuri juga merupakan salah satu orang yang bertepuk tangan, ia juga layaknya pemain pada umumnya menganggkat tangannya untuk melakukan high five. Tentu saja Bobby menghiraukan high five dari Yuri dan langsung berjalan menuju lorong bukan ke bench.

Yuri yang berposisi sebagai gelandang bertahan menggantikan Bobby yang merupakan penyerang tengah. Tentu saja Yuri tak menggantikan Bobby sebagai penyerang tengah, setelah SMA 1 Merang unggul 4-0 mereka mengganti formasinya menjadi 4-4-2 diamond dimana Yuri kini berperan sebagai gelandang serang dibelakang dua sayap yang kini menjadi striker. 30 menit terakhir pertandingan terasa membosankan karena SMA 69 Merang sudah nampak tak bersemangat untuk membalas defisit 4 gol, sedangkan SMA 1 Merang dengan santainya mengoper bola dari segala sisi. Pada akhirnya skor tetap 4-0 untuk kemenangan SMA 1 Merang, Yuri dan seluruh rekannya tentu saja langsung menuju lorong untuk beristirahat.

Sesampainya di ruang tim, Yuri menyadari sesuatu hal yang unik. Bila biasanya Bobby tak pernah tinggal setelah pertandingan namun di hari itu ia masih berada di ruang ganti tim. Ia nampak sedang bersenang-senang merayakan keempat golnya bersama circlenya. Yuri sadar kalau tindakan terbaik kala itu adalah menghindari mereka, hal ini membuat Yuri sedikit menjauh dari rekan setimnya dan duduk sembari membuka ponselnya.

Yuri pun membuka ponselnya dan nampak sebuah pesan yang belum terbaca. Ketika Yuri membuka pesan sekaligus foto yang ternyata berasal dari Iono. “Baru saja selesai latihan nih, lu harus lihat penampilan Edelyn tadi dia sangat mengagumkan” merupakan isi pesan yang dikirim oleh Iono. Yuri hanya tersenyum melihat pesan itu, ia pun mengusap ponselnya hingga ia melihat sebuah chat yang ia kirim kepada Anya. Pesan itu terkirim namun tak terbaca oleh Anya dan pesan itu sudah terkirim beberapa hari yang lalu. Memang setelah kejadian di toko gelato hubungan antara mereka sedikit merenggang, menyadari hal itu membuat ekspresi Yuri berubah menjadi murung.

Di tengah lamunannya itu Yuri dikejutkan dengan Bobby yang ternyata menghampirinya.

“Oi lu anak kelas satu temennya Anya kan?” tanya Bobby.

Yuri hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari Bobby. Yuri sadar ekpresi dari Bobby sedikit tak mengenakkan.

“Main lu lumayan bagus juga, lu dari SMP udah ikut SSB?”

Untuk sementara sepertinya Bobby tidak sedang dalam kondisi marah atau sejenisnya, jadi Yuri berusaha tak memperburuk situasi dengan menjawab pertanyaan dari Bobby dengan normal.

“Gak bang, ini adalah momen pertama gue ikut kompetisi.”

“Jujur gue tertarik dengan gaya main lu.”

Bobby pun nampak berbalik berusaha mencari seseorang. Ternyata yang ia cari adalah sang pelatih.

“Coach!!! seperti yang lu tahu kita sudah lolos ke babak gugur jadi pertandingan besok tak terlalu penting. Gue ingin lu mainin ni anak menggantikan gue yang gak besok gak bakal datang.”

Sang pelatih pun hanya mengangguk mematuhi perintah Bobby, ia tahu kalau ia tak bisa membantah perintah dari Bobby.

“Selamat akhirnya lu bisa jadi starter,” ucap Bobby sembari menepuk pundak Yuri dan berjalan meninggalkan ruang ganti. Yuri hanya menatap tajam melihat punggung dari Bobby.

“Gue emang berusaha baik dengan semua orang tapi entah kenapa gue gak bisa baik dengannya,” pikir Yuri.

Akhirnya tim kembali ke sekolah menggunakan bis. Ketika sudah kembali ke sekolah para pemain langsung turun dan bersiap untuk pulang. Namun, Yuri yang pikirannya sedikit terganggu melihat ke arah lapangan bola yang kosong. Yuri pun berjalan ke lapangan sembari membawa bola dari dalam bis. Ketika berada di lapangan Yuri langsung menendang bola tersebut ke arah gawang yang kosong. Tentu saja bola yang Yuri tendang masuk ke dalam gawang, namun Yuri nampak tak senang. Yuri pun mengambil bola tersebut dan kembali berdiri tepat di depan garis penalti. Ia pun kembali menendang bola ke gawang kosong dan lagi-lagi ia nampak tak senang ketika melihat bola tersebut ke dalam gawang. Di percobaan ketiganya akhirnya tendangan Yuri membentur mistar gawang dan memantul kembali ke arah Yuri. Kali ini Yuri nampak tersenyum. Ia pun menendang kembali dengan power dan akurasi yang sama dengan sebelumnya.

Sementara itu sang wakil kapten Rizqy yang baru saja berdiskusi dengan sang pelatih melihat Yuri yang terus menerus menendang bola ke arah mistar gawang. Karena penasaran Rizqy pun melihat dari kejauhan. Ia menyadari kalau Yuri memiliki akurasi tendangan yang cukup hebat karena lebih sulit untuk mengenai mistar gawang yang kecil itu.

“Oii Yuri gue tahu kalau lu excited karena besok bisa jadi starter tapi gue rasa sekarang adalah waktu yang tepat untuk istirahat bukan untuk latihan,” teriak Rizqy.

Mendengar hal itu Yuri langsung berhenti dan menengok ke arah Rizqy.

“Oh bang Rizqy, gue gak sedang berlatih kok,” balas Yuri.

Rizqy pun menghampiri Yuri.

“Jadi apa yang sedang lu lakuin?” tanya Rizqy.

“Ini? Gue sedang berusaha menenangkan diri.”

“Dengan cara menendang bola ke arah mistar?”

“Gak juga sih sebenarnya ketika gue dirumah, salah satu cara gue untuk bisa tenang adalah dengan melempar bola kasti ke arah tembok dan menangkapnya kembali. Entah mengapa hal itu bisa membersihkan pikiranku.”

Lihat selengkapnya