Cinta Corona

Rizki Ramadhana
Chapter #10

10

Esoknya, kabar yang sama sekali tidak kuduga tahu-tahu kuterima. Surat elektronik balasan dari Pak Drajat ternyata telah tiba di kotak masukku. Padahal aku sudah hampir lupa sama sekali akan dirinya. Aku juga sudah tidak berharap bahwa ia akan menanggapi suratku, apalagi setelah sekian lama waktu yang berlalu sejak kukirimkan surat elektronik kepadanya.

Namun aku menyadari lagi, bahwa sebenarnya belum terlalu lama sejak surat itu kukirimkan. Baru selang satu hari lebih sedikit sejak aku menulis dan mengirimkannya. Tapi memang waktu terasa lambat dan sangat lama berlalunya di masa karantina ini, sehingga aku merasa seperti sudah berhari-hari bahkan hitungan pekan kulalui sejak aku dikarantina mandiri.

Ah, ya, dasar relativitas waktu. Engkau benar-benar membuatku bosan menjalani kewajibanku yang satu ini. Nah, kan, pikiranku mulai terbang ke mana-mana lagi.

Aku melihat tanggal surat yang beliau kirim, ternyata Pak Drajat mengirimnya kemarin malam. Aku memang tidak membuka kotak masukku sejak sore kemarin.

Dalam surat balasannya tersebut, Pak Drajat mengatakan bahwa dirinya memang memiliki film yang kusebutkan, yaitu October Sky. Tapi sayangnya, beliau telah lupa di mana menaruh film miliknya itu. Beliau juga mengatakan bahwa October Sky adalah film yang bagus, sehingga beliau sempat berkali-kali memutarnya ulang saking bagusnya. Maka beliau mengatakan bahwa dirinya sangat memahami apabila aku sangat tertarik untuk menyaksikannya.

Pak Drajat juga mengatakan bahwa ia akan dengan senang hati meminjamkannya kepadaku. Bahkan beliau setuju untuk tidak hanya meminjamkan, tapi malah memberikannya kepadaku. Padahal aku hanya ingin meminjam untuk nanti kugandakan di komputerku. Tapi kalau ia memang ingin memberikannya, itu lebih baik lagi. Aku bisa terhindar dari perbuatan pembajakan hak cipta.

Namun karena film miliknya itu masih belum ditemukan keberadaannya, maka beliau akan mencarinya terlebih dahulu.

Segera kubalas email Pak Drajat setelah membacanya hingga tuntas. Aku mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kemurahan hati beliau serta kesediaannya membalas suratku. Aku juga berterimakasih atas kesediaannya untuk memberikan film tersebut kepadaku.

Kukatakan juga bahwa beliau tidak perlu terburu-buru dalam mencarinya. Kusampaikan bahwa aku juga tidak terburu-buru dan siap untuk menunggu. Aku mengucapkan terima kasih sambil memohon agar beliau bersedia menghubungiku apabila ada kabar terbaru.

 

Aku baru menceritakannya kepada Salman setelah makan siang. Salman mengatakan bahwa dirinya merasa lega karena ternyata alamat surat elektronik Pak Drajat yang ia berikan itu memang benar adanya. Ternyata dirinya juga sempat ragu apakah alamat tersebut benar adanya, mungkin karena ceritaku yang mengatakan bahwa suratku tidak kunjung dibalas.

Lihat selengkapnya