Cinta Corona

Rizki Ramadhana
Chapter #13

13

Atas saran Salman, aku memutuskan untuk mengikuti sebuah seminar internet terkait Corona. Yang menjadi narasumbernya adalah Dr. Julianti. Ia adalah seorang spesialis di bidang virologi. Seminar internet, atau sekarang lebih dikenal dengan istilah “Webinar”, ini memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan narasumbernya. Sama dengan aplikasi Zoom atau Whatsapp, jadi aku sudah tidak asing dengan hal seperti ini.

Dari keterangan Dr. Julianti, walaupun seseorang telah dinyatakan positif mengidap Corona, belum tentu dirinya telah sakit. Bisa jadi ia hanya sebagai carrier atau pembawa. Sementara orang di sekitarnya yang akan menjadi korban.

Itu sebenarnya sudah kuketahui. Tapi aku bersikap seolah aku tidak tahu, agar aku bisa mendapatkan ilmu lebih lagi. Siapa tahu dengan bersikap tidak tahu, aku bisa mendapatkan pengetahuan yang tidak kuketahui sebelumnya.

“Jadi, bisa saja dia positif tapi tidak mengalami semua gejala yang dinyatakan sebagai Corona?” tanyaku.

“Ya, tepat sekali, itu bisa saja terjadi.” Jawab Dr. Julianti.

“Bagaimana itu dimungkinkan, dokter?” tanyaku lagi.

“Semua tergantung kepada imunitas diri kita. Jika imunitas kita tinggi, maka virus yang berada di dalam tubuh kita tidak akan bisa apa-apa.” Jawabnya.

“Tapi ia, maksud saya virus itu, apakah dia akan mati?” aku masih penasaran.

“Begini, harus saya jelaskan, bahwa virus yang berada dalam inangnya tidak akan mati.” Jawabnya lagi.

Aku terdiam, begitu juga peserta lain.

Dr. Julianti tersenyum.

“Tenang, biar saya jelaskan.” Katanya. “Virus yang berada dalam inangnya tidak akan mati, tapi ia bisa dilemahkan hingga tidak memiliki kemampuan apa pun. Contohnya, jika ada di antara Anda yang pernah mengalami demam berdarah, dan kini telah sehat. Apakah ada di antara Anda?” lanjutnya.

Beberapa orang memberi tanda bahwa mereka pernah mengalaminya. Aku sih belum pernah, syukurlah.

“Nah, virus demam berdarah itu akan terus berada dalam tubuh Anda, bahkan sampai saat ini. Tapi ia tidak akan bisa melakukan apa pun karena sudah dilemahkan selemah-lemahnya. Itu juga yang akan terjadi kepada virus Corona. Mereka yang telah sembuh sebenarnya tetap menyimpan virus itu dalam dirinya, tapi virus itu sudah tidak bisa apa-apa.

“Karena itu,” Dr. Julianti tersenyum lagi. “Banyak pasien yang telah dinyatakan sembuh, ketika dites ulang, hasilnya tetap positif. Ya, karena ia, maksud saya virus itu, memang tidak pernah pergi.”

Aku dan sejumlah peserta manggut-manggut. Kini kami memahami dan mendapatkan bayangan tentang virus. Aku sendiri memang baru membaca cukup jauh tentang virus setelah kejadian pandemi Corona ini. Sebelumnya, mana pernah aku peduli akan hal tersebut, walaupun sebenarnya, seperti tadi dalam satu kesempatan sudah dikatakan oleh Dr. Julianti, bahwa virus ada di mana-mana, di sekitar kita.

Sesi berikutnya berjalan dengan sama menyenangkannya. Dr. Julianti memang inspiratif. Yang paling penting adalah ia tidak pernah menyebarkan pesimisme. Ia menjelaskan semua pengetahuannya dengan gamblang.

Aku berterima kasih kepada Salman karena merekomendasikan seminar online tersebut. Itu kusampaikan saat ia meneleponku malam harinya.

“Memang masih banyak pendapat tentang ini. Dr. Julianti hanya salah satunya.” Kata Salman setelah aku menyelesaikan ceritaku.

Lihat selengkapnya