Aku mulai kembali menghadiri diskusi grup ODP. Setelah sekian lama (sebenarnya hanya 2 hari) aku absen, ternyata ada anggota baru. Namanya Lydia, ia seorang perempuan yang kutaksir usianya sekitar dua puluhan, mungkin seumur denganku.
Tapi ia nampak pucat. Selain itu, entah hanya perasaanku saja atau bagaimana, menurutku ia terlalu kurus. Kutepis pikiranku dari anggapan macam-macam. Bisa saja ia memang berbakat kurus sejak awal. Tidak ada yang perlu kupikirkan secara berlebih, terutama urusan orang lain, pikirku.
Mirka membuka sesi grup dengan gayanya seperti biasa. Ia menceritakan kisah-kisah indah dan mengatakan bahwa betapa beruntungnya kami semua sekarang.
Di antara peserta, nampak ada Markus. Ia mengenakan masker dan terlihat latar belakang kamar rumah sakit dari layarnya. Ya, tentu saja, memangnya dia mau berada di mana lagi? Bioskop?
Mirka menyapa Markus dan menanyakan keadaannya. Markus mengatakan bahwa sejauh ini ia baik-baik saja. Hanya batuk-batuk dan bersin-bersin.
Kami semua bersyukur. Aku menyapa Markus dan ia nampak senang saat membalas sapaanku.
Ternyata Mirka tidak lupa menyapaku.
“Hai, apa kabar, Sari?” tanyanya.
“Baik, terima kasih. Semoga Anda baik juga.” Jawabku.
“Syukurlah. Saya dan semua yang ada di sini berada dalam keadaan baik, benar?” Mirka tersenyum sambil meminta konfirmasi dari semua peserta.
Mayoritas dari mereka mengiyakan pernyataan Mirka. Memang ada di antara mereka yang tidak bereaksi. Tapi tidak banyak.
Tiba juga saatnya Mirka memperkenalkan anggota baru di sana. Si perempuan dua puluhan yang pucat dan kurus itu.
“Perkenalkan teman-teman, ini Lydia.” Kata Mirka.
“Hai Lydia!” sapa hampir semua orang di grup.
“Hai, salam kenal.” Jawab Lydia agak canggung.