Paket dari Salman yang kutunggu ternyata sudah datang. Akhirnya aku bisa mengobati rasa penasaranku. Mama membersihkannya dengan disinfektan dan menjemurnya di bawah sinar matahari untuk membunuh virus yang mungkin ada di sana. Baru satu jam kemudian, aku bisa membukanya.
Dengan hati-hati, aku membuka bungkus paket tersebut. Di dalamnya, kudapati benda yang mengejutkan: sebuah DVD *October Sky*. Aku terdiam mematung melihatnya. Ini yang diberikan Salman? Pikiranku berputar, mencoba memahami situasi ini.
Di dalam paket tersebut, ada juga sebuah catatan kecil dengan tulisan tangan Salman yang sangat kukenal:
```
Maaf, aku harus mencarinya sampai Pasar Baru. Semoga ini menyenangkanmu. Dan semoga juga ini menjadi penggugur atas hutangku. Janji adalah hutang, bukan?
Aku mencintaimu.
- Salman
```
Aku tercengang. Bukan hadiahnya, bukan juga upayanya yang membuatku tercengang, tetapi kenyataan bahwa Salman pergi ke luar rumah di masa karantinanya. Pikiran itu menghantamku seperti petir di siang bolong. Tidakkah ia sadar konsekuensinya? Ia bisa merugikan orang lain! Ia bisa saja menularkan penyakit Coronanya kepada orang-orang tidak bersalah!
Lebih dari itu, status Salman telah terbukti sebagai seorang PDP. Berarti semua orang yang berinteraksi dengannya saat ia pergi membeli *October Sky* kemungkinan besar akan tertular juga. Apa yang ada dalam benaknya? Di mana logikanya?
Mendadak rasa sedihku hilang. Aku tidak lagi merasa kehilangan Salman. Malah justru aku menyesali pernah menghabiskan empat belas hari bersamanya. Semua kenangan dan kebahagiaan yang telah ia berikan mendadak kusesali dan kuharap tidak pernah ada.