Cinta dalam Cerita

Sayidina Ali
Chapter #1

Bab 1 : Teman Lama

Laki-laki tersebut bernama Fuadi. Dia adalah seorang pekerja yang sekitar dua bulan melakoninya. Tinggi badan dia sekitar 176 cm dan memiliki warna kulit yang tidak terlalu cerah dan tidak terlalu gelap. Bisa dikatakan warna kulitnya sedikit kecoklatan namun lebih terang.

Pada saat itu ketika Fuadi berjumpa dengan salah satu teman lamanya bernama Ikrab di salah satu tempat makan. Alasan mereka berjumpa karena memang sudah berniat untuk bertemu untuk melepas rindu. Mereka tinggal satu kampung dan merupakan teman dekat sedari kecil.

  Ketika sedang duduk di sebuah kursi panjang yang menghadap ke sebuah kaca besar. Fuadi yang saat itu sedang duduk sendiri kemudian dihampiri oleh Ikrab. Dia datang dari arah belakang Fuadi, dan hal itu sontak membuah Fuadi terkejut karena Ikrab sengaja membuat teman lamanya itu terkejut. Setelah dia berhasil mengejutkan Fuadi kemudian dia duduk tepat di samping kanan dari Fuadi. Fuadi menengok ke arah Ikrab duduk, kemudian mengeluarkan senyuman manisnya seraya berkata, “Wahai kawan lamaku, bagaimana kabar engkau di rantau kota sana?”.

Ikrab yang baru saja duduk langsung menyambut dengan hangat sapa temannya itu, “Luar biasa, kabar baik diriku. Bagaimana dengan engkau sendiri?” Tanya Ikrab.

“Baik, seperti apa yang terlihat saja.” Jawab Fuadi dengan senyum manisnya yang selalu dia tebarkan kepada siapapun yang dengan hangat menyambutnya.

Mengingat sudah lama tidak berjumpa. Ini merupakan kali pertama mereka bertatap muka dan bertukar kabar secara langsung tanpa media elektronik apapun. Hanya sebatas rumah makan sederhana, mereka berdua menyambung kerinduannya itu dengan sangat antusias. Fuadi makan dengan sangat lahap sekali mengingat bahwa Ikrab sangat suka dengan makanan di tempat ini.

Mereka berdua bukan tidak pernah bertukar kabar. Mereka selalu bertukar kabar, namun hanya sebatas di depan gadget saja. Sedangkan tak ada rindu yang terbalas bila batang hidungnya saja tidak terpandang mata. Rindu itu datang dari rasa yang pernah ada kemudian hampa begitu saja. Bila rindu itu tercipta secara nyata, tak ada media apapun yang mampu menyalurkannya. Hanya jumpa semua akan terasa nyata.

Sudah lahap makan mereka, dengan seduhan es teh manis rasa haus berhasil dihilangkan. Setelah makanan habis perbincangan pun masih dilanjutkan, kali ini membahas tentang bagaimana rencana dia setelah kembali ke kampung halaman. Alasan mengapa dia pulang terjawab melalui pertanyaannya beberapa waktu lalu yang menanyakan lowongan kerja di sekitar tempat tinggal Fuadi.

Lihat selengkapnya