Suasana senja di perkampungan sangatlah indah bila ditatap dengan mata saja. Desa ini belum banyak terjamah oleh teknologi. Masyarakat sekitar bermatapencaharian sebagai petani, tukang kebun, dan tukang kayu. Tapi banyak diantara mereka yang menghasilkan keturunan yang berkualitas. Banyak dari generasi penerusnya sudah merambah ke dunia digital. Hal itu menyebabkan sebagian jalanan dari desa sudah dilalui oleh mobil-mobil.
Dengan duduk di tepian sungai saja, pikiran bisa sangat bebas berimajinasi. Setelah kejadian kemarin Fuadi memutuskan untuk meluapkan emosinya di tepian sungai. Media peluapan emosi yang sama sekali tidak merugikan orang sekitar adalah berdiam diri di tepi sungai, itulah Fuadi.
Di dalam pikirannya dia sedang bertarung hebat. Pikiran yang satu mempermasalahkan tentang apa yang dia ketahui tetapi dia tidak punya bukti untuk menuduh Nirmala. Di pikiran yang lainnya dia ingin mencari hal-hal lain yang bisa membuat Nirmala benar-benar mengakui bahwa dia meninggalkan Fuadi bukan karena alasan yang dia ucapkan waktu itu, melainkan karena ada alasan lain yang lebih masuk akal lagi.
Pikiran Fuadi ini sebenarnya sangatlah tidak masuk akal. Perempuan yang jelas-jelas dia temui tanpa disengaja. Perempuan yang jelas-jelas meninggalkan dia tanpa kabar. Perempuan yang datang dan pergi seenaknya saja. Perempuan yang bertukar kabar pun harus menunggu satu tahun. Tetapi Fuadi terlihat begitu mencintainya. Dan bahkan bagi teman-teman, ataupun sahabatnya Fuadi hanyalah orang yang lugu yang hanya dipermainkan perasaannya oleh Nirmala. Meskipun sudah banyak yang memperingatkan Fuadi, tetapi dia masih tidak mau menyerah dan membuktikan bahwa apa yang dipikirkan oleh teman-temannya itu salah.
Ketika sedang merenungkan tentang apa yang dilakukannya, Fuadi justru memikirkan tentang serangan apa selanjutnya yang akan dia lancarkan. Alih-alih membuktikan bahwa tuduhan yang dia lancarkan itu benar, dia malah memikirkan untuk menyerangnya dengan cara lain. Tindakannya belakangan ini sebenarnya sangat menunjukan bahwa itu bukanlah sifat seorang Fuadi yang dikenal banyak orang. Melainkan ini adalah Fuadi dengan sifat yang mungkin sudah lama dia pendam begitu saja.
Kembali mencari-cari bukti dimulai dari teman sekelasnya. Teman satu kelas Nirmala ketika duduk di bangku sekolah. Dia berhasil mencari identitas teman-temannya melalui beberapa kenalannya di sekolah tersebut. Ketika dia menanyai temannya itu akhirnya dia mendapatkan informasi yang lebih membingungkan lagi.
Menurut informasi dari temannya, orang ini adalah sahabat dekat dari Nirmala. Tentu saja Fuadi tidak bisa menanyakan hal yang terlalu intim, karena itu akan menimbulkan kecurigaan. Fuadi berpikir bahwa dia adalah sahabat Nirmala, maka dia akan berupaya untuk menjaga nama baik sahabatnya. Pada mulanya Fuadi ingin memancing pengetahuan orang ini tentang Nirmala. Namun sayangnya, hal yang barusan terjadi membuat Fuadi kebingungan.
“Hai, salam kenal. Saya mantan dari Nirmala, apa betul anda temannya?” Fuadi memulai pembicaraan dengan sangat sopan dan elegan.
“Iya benar sekali. Kira-kira apa yang ingin ditanyakan ya? Saya hanya tau sedikit mas” Jawab salah seorang temannya itu dengan nada yang segan dengan Fuadi. Tatapan dia pun seolah takut ketika harus menatap balik Fuadi. Dan jelas dia memanggil Fuadi dengan panggilan ‘mas’ agar menegaskan bahwa mereka tidak dalam periode umur yang sama.