“Aku dan Bima berpacaran.” Ucap Halimah yang membuat Fuadi terkejut sekali. Halimah mengatakan hal itu dengan wajah yang dia tundukkan. Dia mengarahkan wajahnya ke bawah karena merasa bersalah dan belum siap menanggung apa yang terjadi. Halimah belum siap jika nantinya dia harus menjadi musuh dari Fuadi. Halimah sangat mengerti bahwa Fuadi tidak mudah menerima yang tidak satu jalan dengan pemikirannya.
“Kenapa? Kenapa engkau memberitahuku!” Fuadi mulai meninggikan suaranya dengan arah pandangan yang menatap lurus tanpa memperhatikan Halimah.
“Aku hanya ingin engkau tau. Sudah lama aku ingin memberi tahu, hanya saja aku ragu jika engkau akan menerimanya. Aku tahu, mustahil untuk menerimanya.” Halimah mulai menatap wajah Fuadi. Dia menatap dengan wajah yang sangat tidak berdaya. Hatinya merasa hancur karena harus bertengkar dengan sahabatnya sendiri.
“Jika engkau tahu bahwa aku tidak akan menerimanya, lantas mengapa engkau berpacaran dengannya. Apakah engkau tega melihat aku seperti ini. Tadi Nirmala yang berada di depanku, sekarang sahabatku sendiri.” Fuadi mulai berdiri dari tempat duduknya. Dia meninggikan suaranya, keheningan membuat suara itu terdengar dengan jelas.
“Bukan seperti itu maksudku. Aku mengatakan demikian hanya ingin engkau tahu yang sebenarnya. Kita masih bisa bersahabat, kita bertiga bisa bersama-sama. Kita bisa mencari tahu tentang Nirmala, kita bisa bersama di tepian sungai, kita bisa jalan-jalan bersama. Tidak ada yang tidak bisa, karena kita akan selalu bersama.” Halimah juga mulai beranjak bangun dari tempat duduknya. Kali ini dia menatap ke arah Fuadi. Dia menatapi Fuadi yang membelakanginya.
“Sahabat? Apakah engkau tidak sadar jika selama ini aku cemburu dengan tingkah kalian? Sadarkah bahwa keberadaan kalian hanya mengganggu ketenanganku. Dan engkau, apakah engkau sadar bahwa aku cinta. Aku sayang engkau Halimah.” Fuadi membalikkan badannya menatap ke arah Halimah yang berdiri di belakangnya sejauh dua meter.
“Siapa yang menjamin bahwa kau tetap akan setia? Apakah itu hanya bualan saja?” Fuadi kembali mengatakan sesuatu sembari dia sedikit mengeluarkan air mata.
Tidak ada jawaban dari Halimah dalam beberapa detik. Halimah hanya diam memikirkan ucapan dari Fuadi. Dia memikirkan ucapan bahwa Fuadi menyayanginya, itu sangat mengejutkan. Dia tidak mau terlalu percaya diri, mungkin sayang yang dia maksud adalah sayang sebagai sahabat.
“Sayang? Bentuk sayang apa yang kau maksud?” Halimah menentang ucapan Fuadi sembari memastikan apa maksud dari ucapannya.