Sebelum dirinya terlibat dalam banyak masalah lagi, Fuadi memutuskan untuk menghubungi Ikrab. Mau bagaimanapun Ikrab adalah orang yang bisa memberikan informasi mengenai Aura. Aura telah berhasil membuat Fuadi penasaran karena tingkah lakunya, tetapi hanya sebatas ingin tahu dan ingin memberikan informasi terkait pengembalian buku. Dengan hal itu juga Fuadi sekaligus memperbaiki komunikasinya dengan Ikrab. Meskipun tidak ada masalah yang pasti antara Ikrab dengan Fuadi, tetapi tentu saja kejadian di taman kota itu pasti membuat Ikrab segan untuk menghubungi temannya itu. Itulah mengapa Fuadi harus terlebih dahulu menghubunginya.
Keesokan harinya Fuadi mendatangi tempat tinggal dari Ikrab. Menurut informasi teman-temannya yang lain Ikrab masih berada di sini dan belum pergi menuju kota. Dan mengingat pada awal dia menghubungi Fuadi, sepertinya Ikrab akan selamanya tinggal di kampung ini. Kembali ke tempat dimana dia berasal.
Ketika sudah berada di depan rumahnya, dia tidak kunjung keluar. Rumahnya ini sangat lah luar biasa. Hiasan-hiasan di dindingnya bernuansakan bangunan Belanda. Bangunan yang mencirikan kerajaan dengan motif kuno negara yang sudah lama tinggal di Indonesia. Bukan hanya itu, sebenarnya memang leluhurnya berasal dari Belanda. Tetapi garis keturunan luar negerinya sudah habis ketika neneknya habis dibantai oleh pribumi. Syukurlah saat gerakan itu luncurkan ibunda dari Ikrab sedang tidak ada di rumah. Pembantaian itu memang terkenal sadis, namun tidak pernah dipelajari dalam buku sejarah.
Setelah lama menunggu akhirnya Ikrab menunjukkan dirinya. Dia keluar menemui Fuadi dengan merundukkan kepala. Sepertinya Ikrab memang benar merasa bersalah, dan kemudian rasa bersalah itu dimengerti oleh Fuadi. Belum mengeluarkan kata-kata Fuadi langsung mengambil giliran bicara Ikrab.
“Mengapa sahabatku ini merundukkan kepalanya. Tidak pantas untuk orang seperti kau merunduk seperti ini. Tegakkan, masalah yang berlalu biarkanlah berlalu. Kita tidak usah ungkit hal itu, biarlah itu menjadi pengisi lembaran-lembaran kehidupan kita.” Fuadi langsung mengatakan hal itu ketika dia melihat Ikrab merunduk saja seperti orang yang ketakutan.
“Terimakasih. Maaf karena aku semuanya jadi seperti ini.” Ikrab kemudian kembali meminta maaf walaupun Fuadi sudah terlihat mengikhlaskannya.
“Aku datang bukan untuk membahas itu. Aku hanya ingin mengetahui tentang Aura.” Fuadi langsung memperjelas maksud dan tujuannya menemui Ikrab.
Ikrab yang tadi sedang menunduk begitu saja mendengakkan kepalanya seolah terkejut dengan apa yang diberitahu barusan oleh Fuadi. Dia memasang raut wajah yang tidak dapat berkata-kata. Fuadi yang melihat hal itu langsung terkejut dan penasaran.
“Mengapa engkau seperti terkejut dengan hal itu?” Fuadi pun menanyakan hal yang baru saja dia saksikan dari tingkah Ikrab.
“Untuk apa mencari tahu tentang dia?” Ikrab kemudian berusaha untuk tidak terlihat mencurigakan.
“Memangnya kenapa jika aku ingin mencari tahu tentangnya?” Pertanyaan dibalas pertanyaan, itulah yang terjadi saat ini. Fuadi semakin mencurigai ada sesuatu yang disembunyikan olehnya.
“Tidak apa, hanya bertanya. Kau ini bagaimana, ingin mengetahui tentangnya tetapi tidak mau memberitahu ingin mencari tahu tentang apa.” Ikrab kemudian memasang raut wajah yang datar saja. Dia sengaja menutupkan kekhawatirannya dengan wajah tersebut. Menurutnya dengan begitu Fuadi tidak akan mencurigainya. Tetapi reflek dari Ikrab sudah mampu menjelaskan semuanya.
“Ah, betul juga.” Fuadi kemudian sadar bahwa dia pada mulanya hanya ingin bertanya. Fuadi merubah raut wajah seriusnya menjadi santai. Hal itu lantas membuat Ikrab tenang dan tidak perlu khawatir lagi.