Cinta dalam Cerita

Sayidina Ali
Chapter #20

Bab 20 : Awal Mula Rasa Nyaman

Fuadi berada di tempat buku favoritnya. Namun kali ini, dia tidak sedang membaca buku. Dia hanya sedang duduk di sebuah kursi yang biasa dia duduki. Dengan suasana tempat buku yang sejuk itu, dia hanya berdiam melamun. Menurutnya melamuni segala hal tidak akan terlihat jelas bila berdiamnya di sini. Karena di sini tempat yang sangat sunyi dan hemat suara. Pikiran kita bebas berimajinasi tentang apa saja di sini.

Ketika sedang melamun, sepertinya Fuadi memang sudah di awasi. Dari jarak yang lumayan jauh, Aura berdiri memperhatikan laki-laki itu. Perasaan hatinya sangatlah sedih ketika harus melihat Fuadi merenung seperti itu, namun jika tidak karena terpaksa mungkin dia sudah membantunya. Aura tidak berdiam diri saja, dia kemudian menghampiri Fuadi yang sedang melamun sendirian. Sepertinya Fuadi sadar bahwa ada yang datang menghampirinya. Dia pun mengangkat kepalanya dan melihat ke arah orang datang. Dari situlah Fuadi sadar bahwa itu adalah Aura.

“Selamat Sore Fu.” Aura menyapa Fuadi dengan sangat sopan sekali.

“Hai Aura.” Fuadi menjawab dengan singkat. Perasaannya sedikit terguncang ketika kata ‘Fu’ digunakan oleh Aura. Rasanya bagi dia hanya orang terdekatnya saja yang menyapa dia dengan panggilan tersebut.

Fuadi juga tidak terlalu terkejut jika orang yang menghampirinya ternyata Aura. Tempat ini adalah tempat pertama mereka bertemu kembali, setelah pertama kali berkenalan. Aura mungkin saja sengaja berada di sini untuk menjumpai Fuadi.

“Hanya sendirian saja?” Aura pun duduk di hadapan Fuadi dengan sembari menanyakan itu.

“Yah, beginilah. Rasanya tidak akan ada yang mau berteman denganku lagi.” Fuadi menjawab itu dengan sangat jelas. Sepertinya dia sedang berputus-asa.

Aura menghela nafas panjang ketika mendengar jawaban Fuadi. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, rasanya ingin sekali dia menyemangati, tapi lagi-lagi dia masih harus menutupi sesuatu darinya. Akan terdengar munafik jika dia saat ini memberikan semangat, sedangkan dirinya lah penyebab masalah dari hal itu, walaupun Fuadi tidak mengetahuinya.

“Siapa yang mengatakan jika tak ada yang ingin berteman dengan engkau? Saat aku sedang menelusuri buku-buku terlihat engkau sedang duduk sendirian. Tertegun hati ini ingin menghampiri, sedih melihat engkau sendiri saja. Apakah engkau tak menganggapku teman?” Aura berbicara panjang lebar menjelaskan mengapa dia menghampiri, sekaligus dia ingin membuat Fuadi tidak putus asa.

Lihat selengkapnya