Besoknya Fuadi langsung berangkat menuju rumah dari Aura. Dia merasa banyak sekali yang harus dijelaskan oleh Aura. Belakangan ini banyak sekali yang terjadi pada Fuadi. Dan menurutnya, hanya Aura yang mampu menjelaskan semua itu.
Fuadi mendatangi rumah Aura. Dia mengetuk pintu rumah Aura dengan tidak tergesa-gesa, seperti tamu selayaknya. Hanya saja dalam hatinya dia tidak sabar ingin menemuinya. Dia ingin Aura segera keluar dari rumahnya dan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.
Setelah ketukan ketiga akhirnya Aura keluar dari balik pintu tersebut. Aura keluar dengan pakaian tidurnya, sepertinya di pagi buta seperti ini dia baru saja terbangun, mungkin ketukan Fuadi membangunkannya. Raut wajah Aura seperti tidak kaget melihat kehadiran Fuadi,
“Ahaa, sayangku ada apa engkau kemari pagi-pagi?” Aura langsung mengatakan demikian untuk menyambut kedatangan Fuadi.
Fuadi terkejut melihat sambutan Aura, dirinya melantur ketika berbicara hal itu; dilihat dari nada dia berbicara. Fuadi tidak tahu harus memberikan tanggapan apa terkait hal yang baru saja dia lihat itu. Dia hanya bisa menatapi tingkah Aura yang sekarang terlihat seperti orang yang sedang berhalusinasi.
“Boleh aku masuk?” Fuadi memutuskan untuk menunggu Aura sadarkan diri dari halusinasi tersebut. Dia merasa bahwa semakin yakin bahwa Aura bukanlah orang baik-baik, seperti yang dikatakan oleh Halimah dan Bima kemarin.
“Kapanpun sayangku, bila perlu tidak usah pulang.” Aura memberikan ruang untuk Fuadi memasuki rumahnya. Kegilaan Aura bertambah liar saat dia tiba-tiba saja teriak histeris. “Tuhannnn!!” Aura berteriak selayaknya orang gila, tapi orang gila mana yang menyebut Tuhan?
Fuadi tentu saja khawatir terhadap kondisi Aura. Dia merasa ada sesuatu yang tidak benar dari Aura, tapi dia tidak boleh tertipu begitu saja. Bisa jadi itu adalah tindakan yang Aura lakukan untuk menghindar dari pertanyaan-pertanyaan Fuadi.
Fuadi hanya berdiam menatap kesekeliling ruangan itu. Foto-foto Aura tidak terpajang satupun di ruang tamu. Fuadi merasa ameh, bagaimana mungkin orang secantik Aura tidak memiliki foto; bahkan foto dengan keluarganya pun tidak ada.
Beberapa menit sudah berlalu, kali ini Aura sudah terdiam. Dia hanya duduk diam tidak bersuara sedikitpun. Fuadi terlihat kesal dengan yang terjadi. Fuadi berusaha melirik ke arah Aura, ternyata dia sedang tertidur. Hela nafas panjang Fuadi kembali terdengar. Sepertinya dia hanya bisa menunggu dengan sabar agar Aura sadar. Dan setelah lama menunggu, akhirnya Fuadi pun ikut tertidur seperti Aura.
“Fu, Fuadi?”
“Fuadi? Bangun!”
“Hoi, bangun!”
Aura berusaha membangunkan Fuadi yang sepertinya terlihat sangat menikmati tidurnya. Aura sudah kehabisan akal untuk membangunkan Fuadi. Dia memutuskan untuk menampar pelan pipinya. Setelah itu, akhirnya Fuadi terbangun.
“Hah? Sudah bangun kau rupanya?” Fuadi akhirnya sadarkan diri. Dia merasa sedikit menikmati tidur, karena semalam memang dia tidak bisa tertidur seperti ini.