Aura masih tidak sadarkan diri. Dia diikat disebuah kayu panjang. Dia ditahan diruangan yang pernah juga menahannya beberapa waktu lalu. Kali ini dia sudah sadarkan diri. Dia berusaha untuk berteriak, tetapi lagi-lagi mulutnya disumpal oleh kain. Itu cukup untuk membuat Aura sulit berbicara.
Tidak lama kemudian Nirmala datang. Dia berjalan sendirian memasuki ruangan, kemudian mendekat ke arah Aura. Dia kali ini menurunkan badannya sehingga sejajar dengan Aura yang sedang tergeletak di bawah. “Sudah bangun?” Nirmala menamparnya dengan sangat keras dan melepaskan sumpalannya. Aura jelas kesakitan dengan tamparan tersebut. Tetapi lagi-lagi dia tidak bisa melawan.
“Kenapa kamu membawaku kemari?” Aura bertanya polos kepada Nirmala.
Aura hanya ingin memastikan bahwa dugaannya benar. Dia tahu bahwa ketika dirinya menghampiri Fuadi saat itu, pasti dia akan terlibat masalah besar nantinya. Bisa jadi ini adalah akibar dari perbuatannya.
“Masih nanya? Kenapa ikut dalam masalahku? Kenapa memberi tahu Fuadi hal itu?” Nirmala kemudian mencekik leher dari Aura.
Aura meringis kesakitan. Dia tidak dapat berbicara. Nirmala menyadari bahwa Aura ingin mengatakan sesuatu. Dia kemudian melepaskannya dan membiarkan Aura menjelaskan.
“Aku tidak memberi tahu apa-apa. Aku tutup mulut dengan baik.” Aura berusaha menjelaskan kepada Nirmala bahwa dirinya tidak membeberkan rahasia yang dia pegang.
Nirmala tidak mempercayai sama sekali ucapan dari Aura. Dia marah karena Aura berusaha untuk berbohong darinya. Dia kemudian mengambil sebatang rokok dari kantungnya. Dia menyalakan rokok tersebut. Dia mnghirupnya dan melepaskannya ke muka Aura.
“Hentikan!!” Aura menjerit saat asap itu disemburkan ke mukanya. Tentu saja itu membuatnya tidak nyaman.
Nirmala tidak mengabaikan itu. Kali ini dia menempelkan rokoknya ke tangan Aura. Rokok itu masih sangat panas. “ARGHHH!!!!!” Teriakan Aura sangat kencang sekali. Nirmala kemudian meninjunya dengan sangat keras. “Berisik, sekali lagi teriak awas saja” Nirmala mengancam Aura.
Tangan Aura kini terluka akibat Nirmala. Dia hanya bisa menahan tangis ketika diberikan berkali-kali pukulan saat ini. Hidungnya mengeluarkan darah, namun Nirmala tidak peduli. Dia menunggu pengakuan dari Aura. Tidak lama kemudian Aura mengaku.
“Itu benar bukan aku. Tapi aku tahu siapa yang melakukannya.” Aura menjelaskan dengan nada yang lemas karena berkali-kali terkena hantaman.