Cinta dalam Cerita

Sayidina Ali
Chapter #33

Bab 33 : Mencari Aura

Fuadi tidak menjawab. Dia melihat ada bekas lintasan dari arah rumah belakang Aura. Dia berjalan mengikuti jejak lintasan itu. Fuadi dibuat terkejut saat tahu bahwa pintu belakangnya terbuka sangat lebar. Halimah dan Bima kemudian menyusul Fuadi ke halaman belakang.

Fuadi membuka pintu belakang perlahan dan mengamati sekitar. Posisi sigap apabila ada hal yang tidak beres terjadi. Dia kemudian berkeliling ruangan. Mereka bertiga menyebar ke segala penjuru rumah. Halimah memberanikan diri untuk memasuki kamar Aura. Dia hanya menebak bahwa itu kamar Aura, karena di depan pintunya terdapat nama ‘AURA’ terpajang.

Halimah membuka pintu perlahan. Saat sudah terbuka, dia menemukan seisi kamarnya kosong. Hanya ada gadgetnya yang tergeletak di meja. Halimah kemudian memanggil Fuadi dan Bima. Mereka bergegas mendatangi Halimah. Fuadi sangat tergesa-gesa ketika melihat Aura tidak ada di rumahnya.

“Ada apa?” Fuadi kemudian bertanya kepada Halimah yang memanggilnya.

“Lihatlah itu.” Halimah kemudian menunjuk ke arah gadget itu.

Fuadi mengambilnya dan melihat itu. Namun karena Fuadi tidak mengerti, dia memberikan itu kepada Bima.

“Lihat ada apa di sini?” Fuadi menyodorkan gadget itu kepada Bima.

Bima mengambilnya dan membukanya. Namun sayang gadget itu terkunci, dan Fuadi tidak mengetahuinya. Namun ada satu hal yang Bima ketahui, “Di sini ada yang berusaha menghubunginya. Itu sepertinya orang tuanya. Dan di sini ada 30 kali panggilan tak terjawab semenjak dua hari yang lalu.” Bima menjelaskan apa yang dia ketahui kepada Fuadi.

Fuadi kemudian terjatuh. Dia hanya diam saja tidak mendengar apa-apa. Dia hanya berdiam memikirkan apa yang terjadi kepada Aura. Dia gemetar khawatir Aura terjadi sesuatu. Dia kemudian masih diam saja tanpa kata.

Bima dan Halimah lantas khawatir. Mereka menepuk-tepuk Fuadi agar segera memberikan jawaban. Namun Fuadi hanya berdiam diri, dan melamun. Dia sepertinya sangat terkejut mendengar itu.

Setelah sekian lama akhirnya Fuadi tersadar. Dia tidak pingsan namun merasa seperti shock. Dia tidak bisa berpikir apa-apa sejenak. Namun saat ini semua sudah kembali seperti semula. Fuadi kemudian langsung memerintahkan Bima.

“Apakah bisa menghubungi nomor orang tuanya?” Fuadi langsung saja memberikan perintah kepada Bima untuk menelepon orang tua Aura.

“Bisa” Bima langsung saja memberikan jawaban.

Bima langsung saja menuju panggilan darurat. Dia menelepon nomor yang masuk tadi, kemudian segera tersambung.

Lihat selengkapnya