Aku turun dari motor Mang Jono,"Makasih ya Mang! Ini uangnya," sambil memberikan selembar Dua Puluh Ribuan.
"Makasih Non Alea," sambil melambaikan tangannya.
Aku berlari menuju ruang kelas dan duduk disamping Dheri langsung mengeluarkan botol air minum dari tasku dan untungnya Pak Indra belum datang, Guru Matematika yang serba Perfect ini selalu berpenampilan Rapi dengan dandanan ala tahun 90an dan pastinya tidak pernah ketinggalan penggaris panjang yang selalu dibawanya masuk kedalam ruang kelas.
Menurut sebagian anak-anak dari kelas lain Pak Indra Guru yang super killer, Tapi tidak bagi kami semua mungkin lantaran Pak Indra adalah Guru kelas kami, walaupun sesekali Pak indra sering memarahi Kami tapi Kami tetap menyayanginya. Karena Pak Indra memiliki peranan penting dikelas Kami. Jangan salah dibalik sifat Killernya itu! Pak Indra sebenarnya adalah sosok yang Penyayang, tidak heran jika Pak Indra mendapat julukan Wali Kelas Super The Best.
"Pagi Anak-anakku Sayang," sapanya sambil menghitung Anak muridnya.
"Pagi Pak," semua serentak menyapa Pak Indra.
"Baiklah! Tidak perlu Basa-basi, Hari ini kita Ulangan Matematika dan Ingat kalau ada yang menyontek Bapak tidak segan-segan mengeluarkannya dari kelas ini dan satu lagi! Tidak ada Ulangan Susulan, MENGERTI SEMUA," sambil memukul pengaris kearah papan tulis.
"Mengerti Pak,"
Selama kurang lebih hampir Dua Jam lamanya Kami mengerjakan Ulangan Matematika dan tentunya Aku orang pertama yang dapat menyelesaikan lembar ulangan, lalu diikuti Dheri dan Satu persatu Anak-anak lainnya.
Aku dan Dheri duduk di depan kelas sambil menunggu Edward, Kirana dan Antonio yang masih mengerjakan Ulangan.
Selang sepuluh menit mereka bertiga menjadi orang terakhir yang keluar dari kelas, "Susah banget Ulangan kali ini?" keluh Kirana.
"Ngga apa-apa dong Ndut! Persiapan menuju UN?" ujar Antonio sambil merangkul Kirana.
Kami bertiga hanya tersenyum melihat Kirana yang sudah pasrah dengan hasil ulangan Matematika hari ini," Kita kekantin yuk! Lapar nih,"ajak Edward.
"Tunggu! Gue bawa bekal," masuk kedalam kelas.
"Sejak kapan Loe bawa bekal makanan?" ujar Dheri melihatku.
"Sejak sekarang," ujarku tersenyum.
Kami langsung menuju kantin sekolah yang tidak jauh dari kelas kami, disana sudah ramai dengan anak-anak kelas lain dan tidak heran jika Diandra sudah menunggu kedatangan Edward di depan kantin dan menatap tajam kearah Edward dengan tatapan penuh harapan. Bisa dibilang Diandra adalah sosok yang tidak tahu malu, kenapa begitu! Karena Diandra sempat dipermalukan oleh Edward didepan anak-anak, tapi tidak membuatnya menyerah begitu saja terhadap Edward, entah apa yang dia inginkan dari sosok Edward sampai Dia Rela dipermalukan oleh Edward.
"ED, Hari ini Gue bawa Nasi Goreng hasil buatan Gue sendiri," ujarnya.
"Loe makan aja Sendiri, Gue ngga LAPER dan satu lagi! Loe mau sampe kapan begini? UDAHLAH BERENTI NGEJAR-NGEJAR GUE," suaranya semakin kencang dan sinis.
"Kok Gitu ED, Gue kan ....!"
"Gue kan APA! Gue kan Cinta sama Loe ED, trus Gue mau jadi Pacar Loe ED?" sinis Edward menatap tajam kearah Diandra.
"Sorry Di, Tapi Gue ngga pernah suka sama Loe, Gimana Dong!" lanjutnya.
"Tapi ED, Taaa..piii kenapa selama ini Loe seakan kasih Gue Harapan dan Selalu nerima kotak bekal pemberian Gue?" ujarnya terbata-bata.
"CUKUP DIANDRA, cukup sampai disini! Percuma Loe kasih Gue makanan, sayangnya bekel punya Loe selalu Gue kasih ke anak-anak yang lain, Gue ngga pernah sedikitpun menyentuh masakan Loe, Gue kasian sama Loe! Dan kali ini Loe makan aja Bekel LOE?" melihatnya dengan tatapan tanpa belas kasihan.
Edward mengajak kita menuju ke salah satu bangku panjang didekat tembok, Aku membuka bekal dan yang lain memesan makanannya masing-masing, Edward tidak memesan makanan untuknya hanya minuman juice mangga yang berada didepannya.
"Loe kenapa Ed?" tanyaku.