Raka menatap ayahnya dengan dahi berkerut. Sejak tadi, Pak Mahendra berbicara panjang lebar tentang pentingnya mencari peluang usaha di kota besar. Entah kenapa, pembicaraan ini terasa mendadak dan tidak masuk akal baginya.
“Ayah ingin aku ke Jakarta?” tanyanya ragu.
Pak Mahendra mengangguk, menyandarkan punggungnya di kursi dengan ekspresi tenang. “Ya. Aku sudah berbicara dengan beberapa rekan bisnis. Ada peluang yang bisa kau manfaatkan di sana. Jika kau benar-benar ingin mengembangkan usaha, ini saatnya.”
Raka menyandarkan tubuhnya ke belakang. Sejujurnya, ia memang memiliki keinginan untuk memperluas usahanya. Tapi kenapa harus sekarang? Kenapa ayahnya tiba-tiba sangat mendorongnya untuk pergi?
“Ayah,” katanya hati-hati, “kenapa terasa seperti aku harus segera pergi?”
Pak Mahendra tersenyum tipis. “Kau tidak harus segera pergi, tapi semakin cepat semakin baik. Jika kau menunda, kesempatan ini bisa jatuh ke tangan orang lain.”
Raka menatap ayahnya dengan tatapan menyelidik. Ada sesuatu yang tidak beres. Ayahnya memang selalu berambisi dalam urusan bisnis, tapi kali ini ia merasa ada hal lain di balik dorongan tersebut.
“Apakah ada alasan lain?” tanyanya langsung.