Cinta dan Ambisi

Fahdila Hulaemi
Chapter #2

Memulai dengan kepolosan

Di esok harinya, Dafid mulai dibangunkan oleh ibunya untuk mandi, karena dia akan masuk Sekolah Dasar pada hari ini, Dafid pun mulai bergegas karena bersemangat untuk memulai hari spesialnya. Setelah beres mandi ia langsung memakai pakaian sekolah dan sarapan dengan lahapnya, sampai sangat cepat bagai api melahap minyak tanah.

Setelah beres semuanya Dafid langsung bergegas bersalaman kepada Kakek dan ayahnya. Lalu ia pergi dengan sangat bersemangat sampai ibunya tertinggal di belakangnya. Sesampainya di sekolah, dia canggung melihat banyak orang seusianya. Dafid pun langsung kembali memegang tangan ibunya, lalu ibunya mengantarkannya ke depan kelasnya.

Lonceng bel berbunyi "tengggggg." dan anak-anak langsung masuk ke ruang kelasnya masing-masing. Didalam kelas Dafid terlihat sangat kaku dan polos, dia tidak menyangka akan ada sebanyak ini, dia pun langsung berkenalan ke teman sebangkunya, "Hay, namaku Dafid, siapa namamu?" lantas teman sebangkunyapun sangat antusias, "Ohh... Aku Rozi, salam kenal juga ya." Dan pada akhirnya Dafid terus mengobrol asiknya dengan teman sebangkunya hingga dia tidak menghiraukan Guru yang sedang memulai berbicara.

Pada saat istirahat Dafid bertemu banyak orang di kelasnya, merekapun saling berkenalan satu sama lain, Dafid pun terlihat antusias ingin berkenalan dengan semuanya, namun ketika Dafid sedang terdiam duduk, ada seorang yang datang padanya, "Hei kau... Ayo kita bermain di sana, sambil ngobrol." Lantas Dafid langsung mengikuti anak tersebut, dan ternyata anak itu seperti tidak senang melihat Dafid, karena mungkin Dafid orang yang sangat tampan. Dafid bertanya, "Mau apa kita kesini?" Lalu anak tersebut langsung memukul perut Dafid. "Kau siapa sih!" Ujar anak itu, "aku Dafid, kenapa kau memukul? Apa salah aku?" Tanya Dafid, Anak itu langsung menjawab dengan tegas "Aku tidak senang melihatmu." Lalu anak itupun langsung masuk ke kelas, dan Dafid hanya terdiam duduk karena kesakitan. Dafid mulai mempunyai pertanyaan di hatinya dengan marah dan penuh ambisi. "Apakah itu kesenangan dia? Oh aku harus membalasnya besok hari, dan aku harus ditakuti mulai sekarang!!"

Haripun menjelang siang dan akhirnya Dafid menyelesaikan sekolah pertamanya pada hari itu, dia sangat ingin memulai hari esok karena dia ingin menjadi orang yang di takuti di kelas itu.

Lihat selengkapnya