Ternyata teguran kecil dari hati Dahayu lah, yang menghentikan hentakan jemari lentiknya dan memudarkan rasa bahagia itu. 'Ingat, Dahayu. Dia hanya mengajakmu makan, bukan ke pelaminan. Tidak seharusnya kau sebahagia ini, bukankah ini sangat berlebihan? Beberapa waktu lalu, kehadiran kamu saja tidak diinginkan. Bisa jadi, ia akan membawamu pada rasa kecewa yang jauh lebih mendalam dan lebih menyiksa daripada yang dulu. Tak sepantasnya kau kecewa untuk kedua kalinya dengan orang yang sama.'
Keraguan kembali muncul menyela keinginan gadis itu untuk membalas pesan. Akan tetapi, Dahayu berhasil menepis dan melawan praduganya. Ia tetap membalas pesan itu, meskipun rasa tak menentu sedang bergulat hebat di dalam dadanya.
Dahayu : Kalau ada yang mau dibicarakan, bisa lewat telepon saja, Nar.
Jantung wanita itu berdegup kencang menanti balasan pesan dari Naresh.
Apa yang dinantikan akhirnya tiba, Naresh membalas pesan itu.
Naresh : Kamu tidak sibuk? Aku mau telepon sekarang, boleh?
Dahayu : Oke.
Saat telepon dari pria itu masuk, jantung Dahayu kembali bergejolak dengan irama semakin tidak beraturan. "Astaga… kenapa aku segugup ini?" Dahayu terlihat beberapa kali menggigit bibir bawahnya.
"Dahayu, kamu harus bisa santai dan tetap anggun menghadapi Naresh. Buang jauh-jauh perasaan kamu yang dulu. Jangan sampai terbawa suasana," ucapnya menguatkan diri.
Pada akhirnya ia pun mengangkat panggilan telepon itu, meskipun hatinya meragu.
"Halo, Nar."
"Halo, Dahayu. Apa aku mengganggumu sekarang?"
Suara Naresh semakin membuat detak jantung Dahayu berpacu tak menentu.
"Tidak, aku sedang santai sekarang."
"Apa kamu sudah tiba di negara tujuanmu?" Naresh berbasa-basi, untuk membuat suasana lebih hangat.
Berbeda dengan Dahayu yang ingin segera mendengar hal penting yang ingin dibahas Naresh.
"Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?"
"Emm… tentang perjodohan kita."
"Oh… soal itu. Kamu tenang saja, keluargaku sudah menyetujui pembatalan perjodohan kita. Aku pastikan perjodohan itu tidak akan terulang lagi, seperti yang aku bilang sebelumnya."
"Dahayu, sebelumnya aku minta maaf. Aku tidak tahu kalau ternyata wanita yang dijodohkan denganku itu adalah kamu."
"Sudahlah Resh. Tidak masalah, lagi pula kita berhak memilih, kan? Apa yang kamu inginkan sudah tercapai. Apa ada yang perlu kita bahas lagi?"