Salsha POV
.
Namaku Vanesa Shalsabila, biasa dipanggil Salsha. Besok adalah hari pertamaku masuk sekolah setelah satu minggu MOPD (ospek). Ospekku berjalan dengan lancar, hanya saja ada satu hal yg membuatnya tidak berjalan baik. Ada satu senior menthorku yg super duper nyebelin. Dia anggota osis yang arogan dan sok disiplin.
Namanya Iqsal Dhianugrah. Dari namanya tentu orang tuanya sangat berharap dia menjadi anak sholeh yang membanggakan. Tapi tidak buat aku, dia sangat-sangat tidak bisa dicontoh.
Dia memang pintar, tapi dia dingin, judes dan galak. Aku heran kenapa semua orang begitu mengidolakanya. Termasuk ke dua sahabatku Remi dan Zulfa.
Aku bertemu mereka saat hari pertama MOPD. Remi adalah laki-laki setengah jadi. Sedangkan Zulfa cewek tulen yang cantik tapi centil.
Malam ini mereka sedang bermain di rumahku (tepatnya di kamarku). Tapi bukan bermain yang kami lakukan malah membahas senior yang tak mau aku dengar namanya itu.
"Jangan terlalu benci lah, dia galak karena tuntutan pekerjaanya sebagai menthor." Sela Zulfa saat aku protes agar tidak membahas Iqsal.
"Dari pertama ketemu dia di jalan, gue udah muak liat mukanya. Dan setelah tahu satu sekolah sama dia gue semakin muak. Tambah lagi jadi menthor di kelas gue pas MOPD, makin-makin muak deh gue."
"Ya ampyun Sha.. yey pernah denger ngga? Kalau terlalu benci, lama-lama jadi banci" Ujar Remi. Aku mengarahkan mata devilku padanya. " Eh cinta hehe. Awas lo nanti kejebak sama kebencian lo sndiri" Ujarnya mengoreksi kata 'banci' yabg tiba - tiba keluar dari mulutnya
"Ih....amit-amit" ucapku sambil mengetok-ngetok kepala sendiri berharap hal yang dikatakan Remi tidak dan takkan pernah terjadi.
Oh iya, pertama aku bertemu senior gila itu, ketika hari pertama MOPD. Dimana jalanan menuju sekolah sangat kosong. Dan dengan songongnya dia kebut-kebutan sehingga nyerempet motor kesayangan gue.
Ya, aku ke sekolah setiap hari mengendarai motor kesayanganku, hadiah ulang tahun dari ayah. Dan dengan mudahnya dia melukai si poci kesayanganku itu.
Jangan tanya apa arti dari Poci? Karena Aku juga tak tahu. Lucu aja kasih nama motorku dengan nama Poci, hehe.
Balik lagi ke cerita tentang pertemuan nyebelin itu. Setelah dia nyerempet motorku, dengan penuh emosi aku bangkit dan nyamperin dia yang menghentikan motornya untuk turun dan membantuku.
"Sorry" dia masih mengulurkan tangannya semakin dekat.
Tapi, uluran tangan dia, aku tepis. Aku balas dengan sulutan amarahku.
"Sorry lo bilang?! Motor gue lecet!"
"Ya udah gue ganti" ujarnya sambil merogoh saku dicelana abunya dan mengeluarkan dompet bertuliskan Channel.
"Nih !!! " dia melempar beberapa uang kertas berwarna merah tepat diwajahku. Sambil pergi dan menyalakan motornya kembali dia meninggalkanku dan poci yang tak tahu masih bisa jalan atau tidak.
Aku tak tinggal diam. Aku ambil uang-uang itu dan menghampirinya sebelum dia menjalankan motornya. Aku berhasil menarik kerah kemejanya dan ku bentak dia.