Aku terbangun karena perutku keroncongan. Dengan berat hati dan mata, terpaksa harus turun untuk melihat masakan Mamah yang sudah di siapkan.
Wangi rendang kesukaanku telah tersaji. Tak butuh waktu lama aku langsung mengalas nasi dan makan. Sambil ku periksa smartphoneku, kulihat ada beberapa pesan dari Zulfa dan Remi. Mereka menanyakan aku yg tiba-tiba hilang dan tak masuk sekolah. Aku membalasnya dengan kata "Aku baik-baik saja"
Setelah makan, kucuci bekas makanku. Tiba-tiba ada suara bel dari luar. Aku yakin itu bukan MAmah, karena Mamah pasti langsung masuk tanpa harus menekan bel. Aku menuju pintu dan kubuka pintu itu. Ternyata yang datang adalah Zulfa dan Remi. Pasti aku akan di cecar berbagai pertanyaan seperti selebriti yang menjadi bintang tamu acara gosip.
Tapi, belum aku persilahkan mereka masuk, tiba-tiba ada satu orang muncul di belakang mereka. Orang yang sangat tidak aku inginkan muncul dihadapanku.
"Ngapain lo kesini? " bentakku
"Gue..."
"Oh..mau ambil hoddie lo???" Aku langsung ke kamar dan ambil hoddie yang dia pakaikan untuk menutupi pahaku. Ya, yang datang adalah Iqsal. Aku kembali ke bawah dan melempar hoddie itu ke dadanya.
"Nih hodie lo! Te-ri-ma-ka-sih!"
Dia hanya diam dan menatapku.
"Ngapain masih disini? Sana pergi!!! Gue ga mau rumah gue kotor karena di injak sama kaki kotor lo itu!"
"Sha...jangan gitu dong" Zulfa mulai cemas
"Diem lo! Lo gak tahu kelakuan dia yang tukang mempermalukan orang lain" Aku benar-benar terbawa emosi. Aku rasakan panas di pipi dan mataku. Sepertinya wajahku sudah masak, tinggal di santap kalau itu kepiting rebus.
"Sha.... dia...."
"Udah Fa... gue udah dapetin hoddie gue kok. Thanks ya udah mau bawa gue kesini". Dia menatapku sebentar dan pergi. Aku langsung membalik badan, sementara dua orang sahabatku ini malah memandangi kepergian Iqsal.
"Heh....lo berdua mau masuk atau berdiri disitu aja? "
Mereka membalik badan dan kami bertiga masuk, duduk di ruang tengah.
"Ya ampyun shay, apa yang lo lakuin tadi tuh jahat tahu gak? " Remi bersabda.
"Lo gak tahu aja, apa yang dia lakuin ke gue itu lebih jahat" Jawabku sambil mengambil cemilan untuk mereka.
"Kita tahu apa yang terjadi sama lo tadi pagi. Makanya Iqsal kesini mau minta maaf" Jelas Zulfa yang membuat aku tertawa terbahak-bahak.
"Hah? Orang kayak Iqsal minta maaf??? Bagaikan berharap memeluk bulan. Mana mungkin! Jelas-jelas dia kesini mau ngambil barang dia yang tadi dipakein ke gue" Mereka langsung menatapku lebih dekat saat mendengar penjelasanku itu.
"Lo di pakein hoddie sama dia?" Tanya Remi melongo ke arahku. Aku menjawabnya dengan anggukan. "Ya ampun so sweet banget, Sha!"
"Jangan lebay deh! Itu memang kewajiban dia. Dia yang bikin rok gue digunting sampai paha gue kemana-mana"
"Nah 'kan, kalau dia sesombong itu di mata lo? Mana mungkin dia selamatkan paha lo dari penglihatan semua orang? Mungkin dia akan tertawa terbahak-bahak dengan Ribka dan kawan-kawannya" Ujar Zulfa
Aku berfikir sejenak, iya juga sih. Tapi tetap saja apa yang terjadi tadi tuh gara-gara Iqsal. Dia pasti sengaja melakukan itu untuk mempermalukanku.
"Udah ah, gue gak mau bahas lagi soal dia. Bahas yang lain saja"
"Oh iya, tadi siswa baru di data ekstra kulikuler. Gue masukin nama lo di ekstrakulikuler pecinta alam. Lo kan suka traveling. Gue sama Remi juga sama ikut ekskul itu."
"Iya memang rencananya gue mau masuk ekskul itu. Thanks ya"
"Oke"
"Eh, pada makan ya. Mamahku masak rendang lo, enak"
"Asik! Mau dong" Seru Remi
"Ya udah yuk meja makan"
Mereka berebut rendang di meja makan, seperti tom and jerry yang kelaparan. Aku tertawa dan mulai memikmati makanan favoritku. Walau tidak seantusias tadi karena diganggu oleh kedatangan Iqsal yang namanya saja tak mau aku dengar. Dia malah datng membawa wajah dan tubuhnya menginjak rumahku.
Setelah kenyang , kami ketiduran di ruang tengah. Hingga sore tiba, mereka pamit.