"Oh iya Mila, Aldo dan ayahnya memperlakukan kamu dengan baik kan?" Linda menatap dengan serius.
"Iya tente, Aldo dan ayahnya baik pada Mila." Mila tersenyum, Mila berbohong. Ayahnya Aldo tidak pernah menerima Mila dan bayinya, Aldo selalu menyiksa Mila. Menurut Aldo, Mila adalah pembawa sial. Mila tidak berani mengatakan yang sebenarnya, Mila takut Luna dan keluarganya akan marah pada Aldo.
"Bagus jika mereka baik, jika mereka jahat pada kamu maka kami akan memberi mereka pelajaran. Kamu bisa cerita ke kami, kami akan menjaga kamu dan bayimu." Boby tersenyum dengan ramah.
"Iya om, terima kasih. Mila bahagia karena om dan tante menyayangi Mila." Mila tersenyum bahagia.
"Kamu kenapa pakai pakaian yang panjang?" Linda menatap Mila.
"Mila merasa nyaman, Mila merasa hangat dengan pakaian panjang ini." Mila tersenyum, Mila berbohong. Mila memakai pakaian panjang, supaya yang lain tidak melihat luka di tubuh Mila kerena Aldo.
"Kamu mengingatkan tante pada Nadya, dulu Nadya pernah bilang. Saat hamil kamu, dia nyaman menggunakan pakaian panjang." Linda tersenyum mengingat kenangan itu.
"Berarti Mila sama dengan mama ya tante," Mila tersenyum.
"Sangat mirip," Linda tersenyum.
Dua bulan kemudian, Luna dan Dion mempersiapkan pernikahan. Luna sedang bosan dan menelepon Mila.
"Halo Mila?"
"Iya Luna, ada apa?"
"Bulan depan, kamu datang kan ke pernikahan aku?"
"Maaf ya Luna, aku tidak bisa datang ke acara pernikahan kamu. Aku tidak ingin Aldo menghancurkan pernikahan kamu, tapi nanti kamu kirim saja foto pernikahan dengan tante dan om untuk aku simpan sebagai kenangan." Mila sedih karena tidak bisa menemani Luna dihari bahagianya.
"Aku berharap kamu datang, tapi jika kamu tidak datang tidak apa. Sebelum acara pernikahan, kamu main ke rumah ya supaya aku tidak merindukan kamu."
"Iya Luna, minggu depan aku main ke rumah."
"Makasih Mila, aku kerja dulu ya. Bye Mila."
"Bye Luna," Mila mematikan telepon, Mila mengobati pipinya yang memar karena ditampar Aldo tadi pagi.
"Kamu harus tumbuh jadi anak yang kuat, setelah kamu lahir. Kita pergi dari kehidupan papamu, mama tidak ingin kamu tumbuh dengan kekerasan seperti yang mama alami." Mila mengusap perutnya.
Mila mengambil foto berempat dengan Febri, Luna dan Dion di laci. Mila menatap foto Febri, Mila meneteskan air matanya dan menghapusnya.
"Sayang, aku merindukan kamu. Walaupun aku sudah menikah dengan Aldo, tapi aku sangat mencintaimu. Seandainya kamu masih hidup, kita pasti sudah hidup bahagia." Mila menghapus air matanya.
Mila pergi ke rumah Luna, Mila melihat semua sibuk mempersiapkan pernikahan. Mila mendekati Luna yang terlihat bingung memilih undangan, Mila tersenyum melihat tingkah sahabatnya.
"Mau aku bantu memilih?" Mila tersenyum, Luna memeluk Mila karena rindu.
"Tentu aku mau."