Bab 3: Menjalani Dua Dunia
Hari-hari berikutnya terasa semakin sulit. Di satu sisi, Aria dan Dayu berusaha menjaga jarak. Mereka tahu bahwa perasaan ini bisa menghancurkan kehidupan mereka yang sudah ada. Tapi di sisi lain, rasa nyaman dan hangat itu membuat mereka terus kembali. Mereka seperti dua magnet yang tidak bisa saling melepaskan meski tahu konsekuensinya.
"Aku hanya ingin kita tetap jadi teman," kata Dayu suatu hari. Mata Dayu terlihat berkaca-kaca, ia menatap Aria dengan penuh harap.
"Aku juga, Din. Tapi... bagaimana jika aku menginginkan lebih?" Aria meraih tangan Dayu, merasakan gemetar di jemarinya. "Aku mencintaimu."
"Jangan katakan itu." Dayu menutup matanya, mencoba menahan air matanya yang sudah mengalir. "Kita nggak bisa, Aria. Kita sudah punya orang lain yang mencintai kita."
Aria terdiam. Ia tahu Dinda benar. Tapi cinta ini sudah terlanjur tumbuh, dan semakin hari semakin sulit untuk dihentikan.
Menjalani Dua Dunia: Antara Aria dan Dayu
Aria dan Dayu adalah dua orang yang berbeda, tapi saling melengkapi di kehidupan Dayu Hubungan di antara mereka bertiga rumit—tidak hanya karena perasaan yang saling bertaut, tapi juga karena masing-masing sudah memiliki pasangan. Meski begitu, ikatan yang tumbuh di antara mereka begitu kuat hingga tak mudah dilepaskan.
Awal Pertemuan dengan Aria
Aria adalah rekan kerja Dayu di sebuah proyek besar. Sebagai perempuan yang berkarisma dan cerdas, Aria dengan cepat menarik perhatian. Pertemuan awal mereka berlangsung formal, namun semakin lama, percakapan mereka mulai bergeser ke hal-hal pribadi.
"Kalau aku nggak kerja di sini, mungkin aku sudah jadi seniman," ujar Aria suatu malam saat mereka berbagi kopi setelah rapat panjang.
Dayu tersenyum, "Kamu terlalu perfeksionis untuk jadi seniman. Kamu butuh sesuatu yang menantang setiap hari."