Joe mengambil cuti beberapa hari dari pekerjaannya di kafe Pak Bim. Ia menyimpan uang hasil jerih payahnya selama beberapa bulan terakhir, cukup untuk memulai proyek ambisiusnya: merubah ruko warisan orang tuanya menjadi studio foto. Ia mengayuh sepedanya menuju rumah Roni, sahabat karibnya yang juga seorang arsitek handal.
Sesampainya di rumah Roni, ia disambut hangat oleh sahabatnya itu. Roni, dengan senyum khasnya, langsung menebak maksud kedatangan Joe.
"Joe! Kau pasti datang untuk membicarakan ruko itu, ya?" tebak Roni, sambil menyuguhkan segelas kopi.
Joe mengangguk, sedikit gugup. "Benar, Ron. Aku butuh bantuanmu. Aku ingin merenovasi ruko itu menjadi studio foto."
Roni tersenyum. "Tentu saja, Joe! Aku sudah lama menunggu proyek ini. Ceritakan idemu!"
Joe menjelaskan detail rencananya, mulai dari konsep desain hingga anggaran yang ia miliki. Ia menunjukkan beberapa gambar referensi yang ia temukan di internet. Roni mendengarkan dengan seksama, sesekali memberikan masukan dan saran.