Judul : Topan dan Cahaya di Ujung Jalan
Penulis : Rana Kurniawan
Sudah tiga hari sejak Rana dan Santi bertengkar.
Pasar Kadubana terasa lebih sepi dari biasanya.
Bahkan angin pun seperti enggan berembus, takut menyentuh luka yang belum sembuh di antara dua hati itu.
Topan berdiri di depan kiosnya yang setengah tertutup. Ia menatap ke arah jalan pasar yang biasanya ramai.
Di sudut matanya, ia melihat Ika lewat — kali ini tak seceria biasanya. Raut wajahnya murung, seolah penyesalan mulai menempel di hati yang dulu keras.
“Ka!” panggil Topan.
Ika berhenti, menoleh pelan.
“Apa?”
“Sini dulu.”
Mereka duduk di bangku kayu dekat mushala kecil di pojok pasar.
Suasana sore itu hening. Hanya terdengar azan dari kejauhan dan suara anak-anak bermain di gang belakang.
Topan menatap Ika lama.
“Aku tahu kamu nggak sepenuhnya jahat, Ka. Tapi kenapa kamu terus biarin hati kamu dipenuhi rasa marah?”
“Aku cuma muak, Pan. Dari dulu Yani dan aku cuma jadi bayangan. Santi selalu yang disanjung. Rana cuma liat dia. Orang-orang cuma peduli sama cerita mereka.”
Topan tersenyum tipis.
“Tapi kamu lupa… kadang bayangan juga penting. Tanpa bayangan, cahaya nggak akan kelihatan indah.”
Ika terdiam. Kata-kata itu menampar lembut, tapi dalam.
Matanya mulai berkaca-kaca.
“Aku cuma pengen dianggap, Pan.”