Cinta di Luar Batas Takdir

Arif Wahidin
Chapter #1

Pertemuan Tak Terduga #1

Naya, seorang gadis SMA yang ceria dan bersemangat, tidak pernah menduga bahwa hidupnya yang sederhana akan berubah drastis setelah pertemuannya dengan Adrian, seorang CEO muda yang dingin dan ambisius. Dunia mereka bertolak belakang: Naya yang masih berusaha menemukan jati dirinya di tengah tekanan akademis dan kehidupan remaja, sementara Adrian sudah berada di puncak karier dengan tanggung jawab besar di pundaknya. Namun, sebuah insiden tak terduga mempertemukan mereka, dan lambat laun, perasaan mulai tumbuh di antara perbedaan status sosial, umur, dan gaya hidup. Mampukah cinta mereka bertahan di tengah segala rintangan, atau justru hancur oleh kenyataan?


Matahari pagi baru saja menembus celah-celah jendela ruang kelas ketika Naya, seorang siswi kelas 12 SMA yang ceria, sibuk mencatat materi pelajaran matematika yang diberikan oleh gurunya. Ia sudah terbiasa menjalani rutinitas ini: bangun pagi, bersekolah, kemudian bekerja paruh waktu di toko bunga milik tetangganya setiap sore. Naya bukan tipe gadis yang suka bermalas-malasan, apalagi ia tahu betul bahwa keluarganya membutuhkan bantuannya, terutama setelah ayahnya kehilangan pekerjaan setahun yang lalu.


Sementara itu, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan sekolah Naya, Adrian sedang duduk di ruang rapat gedung pencakar langit, pusat kota. Adrian, yang kini menjabat sebagai CEO di usianya yang masih muda, sedang memimpin rapat dengan sejumlah investor penting. Wajahnya selalu tenang, nyaris tanpa ekspresi, namun dalam dirinya, selalu ada perasaan tekanan. Sebagai pemimpin perusahaan besar di bidang teknologi, tanggung jawabnya sangat besar. Dan meskipun sukses, Adrian merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya—kesepian yang selalu menghantuinya.


Siang itu, ketika bel sekolah berbunyi tanda waktu pulang, Naya bergegas menuju toko bunga untuk memulai shift-nya. Setelah selesai menyusun beberapa rangkaian bunga, pemilik toko meminta Naya mengantarkan pesanan bunga khusus ke gedung perkantoran di pusat kota. Ini bukan tugas biasa, tetapi Naya tidak keberatan. Baginya, bekerja adalah salah satu cara untuk melupakan kepenatan sekolah.


“Jangan sampai telat, ya. Itu pesanan penting,” ujar Bu Mira, pemilik toko, sambil tersenyum.


“Tenang saja, Bu! Saya akan sampai tepat waktu,” jawab Naya ceria, sembari mengangkat vas bunga besar dan berjalan keluar.


Naya menaiki bus kota dengan hati-hati, memastikan bahwa bunga-bunga di tangannya tetap aman. Setelah sekitar 30 menit, akhirnya ia tiba di gedung perkantoran mewah tempat pesanan itu harus diantar. Dengan sedikit gugup, ia melangkah masuk ke dalam lobi yang luas dan modern.


Di saat yang sama, di lantai atas gedung, Adrian baru saja menyelesaikan rapat panjang. Ia merasa sedikit penat, tetapi masih harus bertemu dengan beberapa klien lagi. Saat ia melangkah keluar dari ruang rapat dengan jas yang rapi dan wajah tegas, ia tidak menduga bahwa di lobi, seorang gadis SMA dengan vas bunga besar di tangannya sedang berjalan ke arah yang salah.


Dan begitulah, "tabrakan terjadi".


Vas bunga di tangan Naya terlempar ke udara, dan air dari vas itu membasahi jas mahal Adrian. Wajah Naya langsung pucat. Di depan matanya, berdiri seorang pria dengan wajah serius, jas basah, dan tatapan tajam yang seolah bisa membekukan siapa pun yang melihatnya.


“Oh, Tuhan! Maaf! Maaf sekali!” Naya buru-buru meraih tisu dari tasnya, meski ia tahu itu tak akan cukup untuk menyelamatkan situasi.


Adrian, yang awalnya tampak ingin marah, justru terdiam sejenak. Dia menatap Naya—gadis remaja ini tampak begitu canggung dan polos, berbeda dari orang-orang yang biasa ditemuinya di dunia bisnis. Tanpa disadari, sudut bibir Adrian sedikit terangkat. Namun, ekspresinya tetap dingin.


“Tidak apa-apa,” jawab Adrian singkat sambil melihat kerusakan pada jasnya.

Lihat selengkapnya