Cinta di Luar Batas Takdir

Arif Wahidin
Chapter #4

Titik Balik Misterius#4

Hari itu hujan turun dengan deras ketika Naya melangkah keluar dari gedung perusahaan Adrian. Sepanjang hari dia tidak bisa melepaskan pikirannya dari pesan misterius yang diterimanya malam sebelumnya. Siapa yang mengirimnya? Apa maksud dari pesan itu?


“Adrian bukan orang yang kamu pikirkan.”


Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepalanya, mengganggu konsentrasinya sepanjang hari. Bahkan saat di kantor, setiap kali dia melihat Adrian, sebuah keraguan kecil muncul di dalam hatinya. Namun, dia belum berani membicarakan pesan tersebut dengan siapapun, termasuk Adrian.


Sesampainya di rumah, Naya segera menghubungi sahabatnya, Karin. Mereka berdua selalu berbagi cerita, dan kali ini Naya tahu bahwa Karin adalah orang yang tepat untuk mendiskusikan kegelisahannya.


Karin (lewat telepon): “Jadi, kamu dapet pesan misterius kayak gitu? Gila sih, Nay! Siapa yang berani ngirimin pesan kaya gitu?”


Naya: “Aku nggak tau, Rin. Aku nggak kenal nomor itu. Tapi kata-katanya bikin aku kepikiran terus.”


Karin: “Ya jelas! Tapi coba deh kamu pikirin lagi, mungkin aja itu cuma orang iseng. Adrian kan orang kaya dan sukses, mungkin ada yang iri sama dia.”


Naya: “Aku pengen percaya itu, tapi tetap aja rasanya aneh. Gimana kalau orang itu bener?”


Karin terdiam sejenak, lalu suaranya terdengar lebih serius.


Karin: “Naya, kalau kamu ngerasa ada yang nggak beres, kamu harus cari tahu. Jangan diam aja.”


Naya: “Tapi gimana caranya? Aku nggak bisa langsung tanya Adrian soal ini, bisa-bisa dia malah mikir aku nggak percaya sama dia.”


Karin: “Coba deh kamu observasi dulu. Siapa tahu kamu bisa nemu sesuatu di kantor yang bisa kasih petunjuk.”


Setelah obrolan itu, Naya merasa sedikit lebih tenang. Tapi tetap saja, hatinya masih penuh dengan rasa curiga dan pertanyaan yang belum terjawab.


Keesokan harinya, Naya mencoba bersikap seperti biasa di kantor. Dia menyelesaikan tugasnya dan berusaha menghindari sorotan mata karyawan lain. Namun, ada sesuatu yang berbeda hari itu. Saat dia berjalan melewati ruangan rapat, dia melihat Adrian sedang berbicara dengan seseorang—seorang pria yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Pria itu tampak tegang, dan Adrian... dia terlihat tidak seperti biasanya.


Mereka berbicara dalam bisikan, tetapi Naya bisa melihat ekspresi wajah Adrian yang tampak serius, bahkan sedikit gelisah.


Naya (dalam hati): “Apa yang sedang terjadi? Siapa pria itu?”


Setelah pertemuan itu selesai, Naya mencoba mengikuti pria misterius itu dari kejauhan. Namun, ketika dia hendak mendekati pria itu di lobi, seseorang memanggil namanya.


Mira: “Naya! Kamu ngapain di sini? Bukannya kamu harusnya kerja di atas?”


Naya tersentak dan berbalik dengan gugup.


Naya: “Oh, iya Bu, saya... saya cuma mau ke toilet.”


Lihat selengkapnya