Pagi itu, Naya terbangun dengan perasaan gelisah. Malam sebelumnya, setelah menemukan dokumen misterius di kantor Adrian yang mencantumkan nama ayahnya, pikirannya tidak bisa berhenti berpacu. Ada sesuatu yang besar sedang disembunyikan darinya, dan Naya bertekad untuk mendapatkan jawaban, tak peduli seberapa menyakitkan kebenaran itu.
Ketika dia sampai di kantor, suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Beberapa karyawan memandangnya dengan rasa ingin tahu yang jelas, seolah-olah mereka tahu bahwa sesuatu sedang terjadi. Namun, Naya tidak peduli. Fokusnya hanya satu: konfrontasi dengan Adrian.
Naya berjalan dengan cepat menuju ruang kerja Adrian. Dia tidak peduli lagi pada aturan atau norma, yang ada di pikirannya hanyalah kebenaran yang harus dia dapatkan. Sesampainya di depan pintu ruang kerja Adrian, tanpa berpikir panjang, Naya mengetuk pintu dengan keras.
Adrian (terkejut): “Naya? Apa yang kamu lakukan di sini sepagi ini?”
Adrian tampak kebingungan ketika melihat Naya berdiri di ambang pintu, ekspresi wajahnya tegang dan penuh dengan pertanyaan. Namun, sebelum Adrian sempat berbicara lebih lanjut, Naya langsung mengeluarkan dokumen yang dia temukan malam sebelumnya dari tasnya dan meletakkannya di atas meja Adrian dengan nada suara yang tegas.
Naya: "Aku butuh penjelasan, Adrian. Apa ini?"
Adrian menatap dokumen itu dengan ekspresi kaget, kemudian wajahnya berubah menjadi lebih serius. Dia menarik napas dalam-dalam, seolah sedang mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan.
Adrian: "Naya, aku bisa menjelaskan ini... tapi kamu harus tenang dulu."
Naya (menggeleng): "Tenang? Bagaimana aku bisa tenang setelah menemukan nama ayahku di dokumen bisnis perusahaanmu? Jelaskan semuanya sekarang, Adrian!"
Adrian berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati jendela, menatap keluar dengan ekspresi penuh kebingungan. Setelah beberapa saat yang terasa seperti keheningan yang menyiksa, dia akhirnya mulai berbicara.
Adrian: "Naya, ada banyak hal yang belum kamu ketahui tentang ayahmu dan bisnis ini. Ayahmu... dia bukan orang biasa. Dia terlibat dalam dunia bisnis yang kompleks, jauh sebelum aku mengambil alih perusahaan ini."
Naya merasa jantungnya berdetak semakin cepat. Dia mendekati Adrian, tatapannya tajam dan penuh dengan rasa ingin tahu.
Naya: "Apa maksudmu? Ayahku hanyalah seorang pengusaha kecil. Bagaimana mungkin dia terlibat dengan perusahaan sebesar ini?"
Adrian berbalik dan menatap Naya dengan tatapan yang penuh dengan rasa bersalah.
Adrian: "Karena... ayahmu bukan hanya pengusaha kecil. Dia adalah salah satu mitra bisnis terbesar perusahaan ini sebelum dia memutuskan untuk mundur."
Naya terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Adrian. Ayahnya, mitra bisnis? Itu adalah hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Namun, banyak pertanyaan masih menggantung di benaknya.
Naya: "Kalau begitu, kenapa ayahku mundur? Dan kenapa kamu tidak pernah bilang apa-apa tentang ini sebelumnya?"
Adrian duduk kembali di kursinya dan melipat tangannya di depan dada, tatapannya terlihat berat.