Cinta di Negeri Putih

ANDI RIRIN NOVIARTI
Chapter #1

Aku dan Kakakku Risa

GADIS kembar yang lahir dari kampung kecil bernama Leppangeng. Kampung ini tepatnya berada di kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Dibesarkan dengan penuh cinta sang ibu dan ayah dengan kehidupan sederhana. Ayah dan ibunya adalah seorang PNS namun karena suatu hal harus dipindahkan ke Soppeng. Kampung yang akrab disapa dengan 'kota kalong' karena penuh dengan gelantungan kelelawar di atas pohon cempedak. Gadis itu, aku Rina. Dan, saudara kembarku, kak Risa.

Hari ini aku pulang kampung demi sebuah acara istimewa.

Aku merasa begitu kelelahan setelah perjalanan jauh. Maklum, kota daeng tempatku kuliah perlu waktu empat sampai lima jam menuju kampungku. Aku kemudian menepi di kamar hijau. Kamar yang begitu dekat dengan ketenangan. Kamar ini sudah lama kurindukan. Sejak tiga bulan lalu. Kamar ini membuatku mengenang masa-masa kecil bersama saudara kembarku, kak Risa. Kak Risa satu-satunya tempatku berbagi kesedihan ketika kuterluka dan jatuh. Sekalipun tak bisa dipungkiri, kadang ada pertengkaran kecil yang menghiasi keakraban kami. Aku dan kak Risa sangatlah mirip. Bahkan saking miripnya, orang-orang sering salah memanggil nama kami. Sejak sekolah, TK hingga SMA, kami selalu sebangku. Tak ingin terpisahkan satu sama lain.

Rasanya baru kemarin aku main lemparan-lemparan kertas di kamar ini. Saat takut ketahuan Ayah, jika bertengkar karena persoalan kecil, aku dan kak Risa akan saling mengirim pesan lewat bundelan kertas yang bertuliskan pertengkaran kecil saat itu. Jika mengingat itu semua rasanya aku ingin menangis.

Di kamar ini, dulunya, tempat kami menggantungkan origami burung dengan beraneka warna. Pada setiap origami itu, kami akan tuliskan mimpi-mimpi dan harapan kami jika sudah dewasa nanti. Tempat kami berdoa dan shalat berjamaah.

Harapan dan impian kami sudah terwujud sekalipun belum semuanya. Kak Risa telah menyelesaikan studinya di jurusan desain komunikasi visual dan sekarang bekerja di salah satu perusahaan swasta yang lumayan terkenal di kota daeng. Sementara aku telah menyelesaikan studiku di jurusan pendidikan biologi dan kini melanjutkan S2 di kampus oranges, Universitas Negeri Makassar (UNM), meski sekarang aku belum punya pekerjaan tetap. Hanya mencari pengalaman di sebuah bimbingan belajar. Itu pun telah kutinggalkan karena waktu yang kadang tidak bisa pas antara jadwal kampus dan tempat mengajar.

Aku tahu, kak Risa memiliki segudang kelebihan dibanding diriku. Bahkan, aku harus mengakui bahwa dalam persoalan cinta pun, aku tidak ada apa-apanya. Kak Risa bisa mempertahankan hubungannya hingga tujuh tahun, lalu berniat menikah. Sementara aku? Lelaki di hidupku hanya datang seperti angin membawa kenangan dan meninggalkan sebuah luka yang membuatku harus terkungkung dengan kata jera, jera dan jera mengenal pacaran. Cukup malang, bukan? Tak perlu dijawab, cukup doakan aku saja.

Aku masih ingat jelas foto-foto culun saat mengikuti lomba dance. Juga, foto-foto di permandian air panas Lejja, Soppeng. Tempat faforitku dan kak Risa. Sebulan yang lalu foto itu masih menempel di tembok-tembok kamar ukuran 4x6 meter ini. Namun sayang, foto itu sudah digantikan dengan bunga-bunga dan dekorasi serba hijau yang begitu indah. Di sana sini hanya ada pita-pita berwarna-warni dengan springbed baru yang juga berwarna hijau. Warna kesukaanku dan kak Risa.

Ini pertanda pernikahan kak Risa sudah dekat. Pangerannya akan segera menjemputnya. Tepat bulan depan, 27 Juni 2013, dia akan melepas masa lajangnya. Dia akan menikah dengan seorang lelaki yang sudah menjadi pujaan hatinya sejak enam tahun lalu. Lelaki mapan yang tampan, bersahaja dan baik hati itu akrab kupanggil kak Asrul. Dia lelaki yang pertama kali kusetujui dan sangat kurespon baik dekat dengan kak Risa. Ternyata laki-laki itu berhasil menjadi yang terakhir baginya. Aku sangat bahagia. Berharap kak Risa dan kak Asrul selalu bahagia. Aamiin.

Lihat selengkapnya