Cinta Dilangit Mesir

Ika dwi pratiwi
Chapter #2

Bab 2

Drttttt... Drtttt..

Dering ponsel milik ditya itu membuat ditya menghentikan aksi nya bermain game. Ia mengambil ponsel nya yang tergeletak diatas sofa tersebut dan menampilkan nama rara.

Raraaa

Is calling📞

Ditya pun menggeser tombol hijau itu lalu mendekatkan ketelinganya.

' Assalamu'alaikum bang '

' Wa' alaikumusallam ra, ada apa? tumben kamu bisa telfon. Kenapa? '

' Kata papa abang suruh jemput rara dipesantren, habis ashar nanti ga pake telat. Kata papa dia mau ngomong sesuatu yang serius gitu sama kita '

' Papa bilangin alasannya ga? tadi papa juga bilang gitu ke gue, tapi ga tau kenapa '

' Rara juga ga tau bang. Udah ah buruan jemput rara nanti, ga pake telat. Harus on time! '

' Iya iya. Punya adek satu bawel banget. Udah lo tunggu aja nanti kalau gue udah otw gue kabarin. '

' Shapp bang. Yaudah rara mau siap-siap dulu. Assalamua'alaikum. '

' Wa' alaikumusallam '

Tut!

Ditya mendesah kesal saat ia harus meninggalkan game nya. Ia pun beranjak mandi dan bersiap untuk sholat ashar dan pergi ke pesantren untuk menjemput rara.

Ya. Rara dimasukkan ke pesantren sahabat kakeknya fahri saat dia kelas 1 smp dan sekarang sudah menjelang detik-detik kelulusannya.

Skip

Saat ini ditya dan rara telah sampai di sebuah restoran mewah tepat sehabis magrib. Sesaat keduanya memasuki restoran itu banyak sekali pasang mata yang menatap keduanya. Dari setiap pasang mata yang menatap, ada yang seperti beranggapan keduanya adalah muda mudi yang tengah perpacaran dan lain-lain.

Namun, yang paling banyak adalah para wanita yang tersenyum dan menyapa ditya dengan gaya menggoda seperti mengerlingkan satu matanya tidak tau malu, sedangkan ditya hanya membalas dengan mengedipkan satu matanya juga kearah para wanita itu membuat rara memutar bola matanya malas.

"Tuh mata minta dicolok? Jaga dong pandangannya! " Cibir rara.

"Yee.. Sirik aja lo, ini mah resiko jadi cowok ganteng. " Ujar ditya. "Dihh.. PD nya udah ngalahin monas. Zina mata kali bang.. " Ucap rara.

"Iyaiya bu ustadzah yang cantik " Rara lagi-lagi hanya memutar bola matanya.

Pandangan mereka teralih pada Azzam dan veelyn yang sudah menunggu mereka dikursi bagian belakang yang memang disana adalah tempat privat, jadi memang harus sengaja dipesan. "Assalamualaikum.. " Ucap ditya dan rara.

"Wa'alaikumsalam.. Akhirnya kalian datang, duduk. Mama sama papa sudah pesan menu makan malam kita. Dan sebaiknya papa segera ke intinya aja, lagian mama juga cape. " Jelas veelyn.

"Yailah ma,buru-buru banget, kan kita berdua juga baru aja nyampe belum ambil nafas. " Ujar ditya yang menyantaikan punggungnya disofa itu.

"Yaudah sono ambil nafas,noh ditong sampah,banyak nafas gratisan. " Cibir rara.

"Gajelas lo ra. "

"Abang tuh yang nggak jelas,kan biar cepet juga nggak bertele-tele. Enggak kaya hidup abang,bertele-tele nggak jelas. " Ejek rara. Mendengar itu, ditya langsung duduk tegap seolah tak terima.

"Wohhh liat ma, pa, anak kesayangan kalian kurangajar banget dah ngatain hidup abangnya sendiri nggak jelas. " Protes ditya berlagak menyudutkan rara.

"Apaan sih bang,lagian abang sendiri nggak jelas. Udah ah yuk ma, pa, mau ngomong apa? Nggak usah dengerin bang ditya. " Ujar rara.

"Set---"

Lihat selengkapnya