cinta ditengah Gelombang penjajahan

Fajar Sidik Triyanto
Chapter #2

Bunga yang Tumbuh di Tengah Perang

Bab 2: Bunga yang Tumbuh di Tengah Perang

Latar: Pesta di Kediaman Bangsawan

Malam itu, suasana di rumah seorang bangsawan terkemuka di desa terlihat lebih meriah dari biasanya. Lampu-lampu minyak menghiasi halaman luas yang dipenuhi para tamu. Musik gamelan halus terdengar mengiringi obrolan dan tawa para tamu yang mengenakan pakaian adat Jawa yang mewah. Di tengah-tengah pesta itu, tampak Raden Prabowo yang hadir dengan pakaian kebesaran bangsawan, tampak tampan dan gagah. Namun di balik senyumnya, pikirannya masih terjebak pada peristiwa di pasar beberapa hari lalu.

Pesta ini diadakan oleh keluarga keraton untuk menghormati kedatangan seorang tamu penting dari Belanda, yaitu Ernest Van Der Linde. Ernest tampak menikmati jamuan tersebut, meski dalam benaknya, dia terus memikirkan perlawanan yang diam-diam mulai muncul di kalangan pribumi. Di sisi lain, pesta ini juga menjadi ajang diplomasi terselubung, di mana para bangsawan harus menjaga hubungan baik dengan Belanda untuk mempertahankan posisi mereka.

Di antara para tamu, hadir pula Putri Amara, seorang wanita muda yang menawan, berasal dari keluarga bangsawan terpandang. Putri Amara memiliki penampilan yang anggun dengan kebaya sutra berwarna merah marun yang menyala di bawah sinar lampu minyak. Senyumannya ramah, namun di balik kelembutan itu tersimpan kegelisahan. Putri Amara diam-diam memiliki pandangan yang sama dengan Raden Prabowo mengenai kemerdekaan, meskipun ia harus merahasiakannya dari keluarganya dan Belanda.

Putri Amara: (berbisik kepada sahabatnya) “Kadang aku merasa seperti hidup dalam sangkar emas. Kita memiliki segalanya, tapi tidak pernah benar-benar bebas.”

Sahabatnya, Roro, hanya tersenyum kecil, tak berani menanggapi. Mereka berjalan perlahan di sekitar pesta, hingga akhirnya bertemu dengan Raden Prabowo.

Roro: (tersenyum sopan) “Raden Prabowo, ini adalah Putri Amara. Mungkin kalian sudah saling mengenal.”

Raden Prabowo: (menghormat dengan anggun) “Tentu, bagaimana aku bisa melupakan seorang putri yang mempesona seperti Putri Amara?”

Putri Amara: (tersenyum lembut) “Terima kasih, Raden. Tapi aku yakin, di malam seperti ini, segala sesuatu tampak mempesona, bukan?”

Raden Prabowo: “Mungkin, namun beberapa hal memang lebih bersinar dari yang lain.”

Keduanya tertawa kecil, sementara Roro tersenyum melihat interaksi mereka. Namun percakapan ringan itu segera terhenti ketika Ernest melintas di dekat mereka, matanya sejenak tertuju pada Raden Prabowo dan Putri Amara. Tatapan dingin Ernest membuat suasana sedikit tegang, dan dengan cepat dia berlalu sambil berbicara dengan tamu lain.

Pertemuan Rahasia di Taman

Lihat selengkapnya