cinta ditengah Gelombang penjajahan

Fajar Sidik Triyanto
Chapter #14

Terjebak dalam Kegelapan

Bab 14: Terjebak dalam Kegelapan

Bab Pembuka: Cita-cita dan Ketegangan

Adegan 1: Malam Pertemuan yang Menegangkan

Di sebuah malam yang gelap dan berangin, sebuah pertemuan rahasia diadakan di sebuah rumah tua di pinggiran kota. Raden Prabowo dan beberapa anggota kelompok perlawanan berkumpul untuk membahas strategi baru dalam perjuangan melawan penjajah Belanda. Ruangan itu diterangi hanya oleh cahaya lilin yang bergetar, menambah suasana tegang.

Prabowo: (Dengan nada serius) "Kita telah mendengar kabar bahwa Belanda semakin intensif dalam tindakan mereka. Kita harus menyiapkan strategi yang lebih baik agar bisa menghadapi mereka."

Ernest: (Dengan wajah khawatir) "Ada informasi bahwa Belanda berencana untuk melakukan razia besar-besaran. Jika kita tidak bergerak cepat, kita akan terjebak dan terperangkap."

Percakapan berlangsung dengan intensitas tinggi, masing-masing anggota kelompok menunjukkan kekhawatiran dan kepedulian yang mendalam terhadap nasib perjuangan mereka. Prabowo merasa tanggung jawab besar di pundaknya dan bertekad untuk melindungi orang-orang di sekelilingnya.

Bab Isi: Pengkhianatan dan Ketegangan

Adegan 2: Pengkhianatan Tak Terduga

Ketika malam semakin larut, suara langkah kaki berat terdengar di luar rumah. Seorang pengkhianat, Barlian, yang sebenarnya adalah anggota dari kelompok perlawanan, berkolusi dengan pihak Belanda. Dengan informasi yang diberikan, pasukan Belanda bersiap untuk menyerbu.

Barlian: (Berbisik kepada seorang tentara Belanda) "Mereka sedang berkumpul di rumah tua di pinggiran kota. Ini adalah kesempatan kita. Arahkan pasukan ke sini."

Tak lama setelah itu, suara bentakan dan langkah berat pasukan Belanda mendekati rumah. Prabowo dan kelompoknya terkejut ketika mereka mendengar ketukan di pintu dan tembakan dari luar.

Prabowo: (Dengan cemas) "Kita terjebak! Mereka telah mengetahui posisi kita. Segera siapkan senjata dan siapkan diri untuk bertindak!"

Adegan 3: Pertarungan Sengit

Suasana rumah berubah menjadi chaos. Suara tembakan dan jeritan penuh ketegangan memenuhi ruangan. Prabowo memimpin anggotanya untuk bertahan melawan serangan. Mereka berjuang dengan keberanian dan keterampilan, namun jumlah musuh yang jauh lebih banyak membuat situasi semakin sulit.

Ernest: (Berteriak) "Kita harus bertahan! Jangan biarkan mereka mendekat!"

Prabowo melawan dengan semangat, tetapi kesadaran akan pengkhianatan Barlian membuatnya semakin marah dan putus asa. Dalam kegentingan itu, Prabowo akhirnya menghadapi Barlian yang terpojok, menyadari betapa dalamnya pengkhianatan itu.

Prabowo: (Dengan suara gemetar) "Barlian! Mengapa kamu melakukan ini? Kami mempercayaimu!"

Barlian: (Dengan penuh penyesalan dan ketakutan) "Aku terpaksa, Prabowo. Mereka mengancam nyawaku dan keluargaku. Maafkan aku..."

 

 

 

Lihat selengkapnya