cinta ditengah Gelombang penjajahan

Fajar Sidik Triyanto
Chapter #18

Kematian dalam Kegelapan

Bab 18: Kematian dalam Kegelapan

Bab Pembuka: Ancaman di Tengah Ketenangan

Malam itu, kamar tidur Raden Wiranata dan Amara dikelilingi oleh keremangan lampu minyak. Amara, meskipun tampak tenang, hatinya penuh dengan ketegangan dan kebencian. Raden Wiranata, yang tampak sehat secara fisik, masih melanjutkan rencananya untuk menghancurkan perjuangan kebebasan yang sangat diperjuangkan oleh Prabowo dan teman-temannya.

Raden Wiranata: (Dengan nada penuh percaya diri) "Amara, aku telah membuat rencana besar. Segera, kita akan memulai era baru dengan kekuatan yang ada di tangan kita."

Amara: (Berpura-pura tertarik) "Apa yang kamu rencanakan, Raden?"

Raden Wiranata: (Dengan senyuman penuh kemenangan) "Aku telah mengatur pertemuan dengan beberapa pejabat Belanda untuk memastikan bahwa para pejuang kebebasan ditumpas. Ini adalah langkah besar untuk memastikan stabilitas kekuasaan kita."

Amara mendengar rencana tersebut dengan hati yang hancur. Ia tahu bahwa tindakan Raden Wiranata akan menghancurkan segala usaha yang telah dilakukan Prabowo dan kelompoknya. Dalam pikirannya, Amara merasa terpaksa untuk bertindak demi kebaikan perjuangan yang dicintai oleh Prabowo.

Bab Isi: Perencanaan Pembunuhan

Ketika malam semakin larut, Raden Wiranata meminta Amara untuk menemani dirinya di ranjang. Amara menyusun rencana dengan cermat, memutuskan bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengambil tindakan.

Raden Wiranata: (Dengan penuh hasrat) "Amara, mari kita habiskan malam ini dengan penuh kebahagiaan. Aku ingin kita merasa lebih dekat."

Amara: (Dengan senyuman yang dipaksakan) "Tentu, Raden. Aku akan memenuhi permintaanmu."

Dengan penuh kecerdikan, Amara telah menyiapkan racun yang sangat mematikan, tersembunyi dalam botol minyak wangi yang elegan. Dia mencampurkan racun tersebut ke dalam minyak wangi dan mengarahkan Raden Wiranata untuk menghirup aroma tersebut saat mereka terlibat dalam hubungan intim.

Amara: (Dengan nada lembut, seakan-akan menggoda) "Raden, aku ingin kau merasa nyaman. Minumlah ini, akan membuat kita lebih intim."

Raden Wiranata, yang tidak menyadari rencana jahat Amara, menyambutnya dengan antusias. Amara melanjutkan permainan perannya, berpura-pura penuh gairah sementara dia memastikan bahwa Raden Wiranata menghirup racun yang mematikan.

Bab Penutup: Kematian dan Kebutuhan Menutupi Jejak

Saat hubungan intim berlangsung, Raden Wiranata mulai merasakan gejala keracunan. Napasnya semakin pendek, dan dia tampak kebingungan. Amara tetap di sampingnya, wajahnya menunjukkan kepura-puraan kesedihan saat melihat suaminya dalam penderitaan.

Raden Wiranata: (Dengan suara tersengal) "Amara... apa yang terjadi...?"

Amara: (Dengan nada penuh kepalsuan) "Raden, bertahanlah. Aku akan mendapatkan bantuan."

Namun, tidak ada bantuan yang datang. Raden Wiranata akhirnya jatuh ke lantai, meninggal dalam keadaan yang menyakitkan. Amara menatap tubuh suaminya dengan mata dingin, tidak menunjukkan rasa penyesalan.

Amara: (Berbicara pada dirinya sendiri) "Ini adalah harga yang harus dibayar untuk menjaga perjuangan dan kebebasan. Aku tidak bisa membiarkan rencanamu menghancurkan segalanya."

Amara membersihkan jejak-jejaknya dengan hati-hati. Dalam waktu singkat, dia menciptakan alibi dan menyusun cerita untuk menghindari kecurigaan. Dia mengklaim bahwa Raden Wiranata meninggal akibat serangan mendadak yang tidak terduga, dan menggunakan kesedihan yang dipaksakan untuk mendapatkan simpati dari keluarga dan publik.

Lihat selengkapnya