cinta ditengah Gelombang penjajahan

Fajar Sidik Triyanto
Chapter #31

Kedatangan Jenderal Sudirman

Bab 31: Kedatangan Jenderal Sudirman

Setting: Rumah Raden Prabowo di Yogyakarta, beberapa hari setelah kejadian penemuan kotak berisi kepala Ernest. Amara dan Prabowo masih dihantui oleh peristiwa tersebut, tetapi mereka terus berusaha menjalani hidup di tengah situasi yang genting. Di pagi hari yang tenang, Jenderal Sudirman, yang dikenal sebagai Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia, datang berkunjung ke rumah mereka.

Adegan 1: Kedatangan yang Tak Terduga

Amara sedang di halaman rumah, memetik bunga yang akan dihias di ruang tamu. Prabowo, yang baru saja selesai memeriksa keadaan pasukan Divisi Siliwangi, duduk di beranda rumah sambil memikirkan langkah strategis berikutnya. Tiba-tiba, derap kaki kuda terdengar semakin dekat. Prabowo melihat ke arah jalan setapak dan melihat Jenderal Sudirman yang datang dengan kuda putihnya, ditemani beberapa pengawal.

Prabowo: (Dengan suara tegas namun hormat) "Jenderal Sudirman! Suatu kehormatan bagi kami."

Prabowo segera berdiri dan memberi hormat, sementara Amara menghentikan aktivitasnya dan berjalan mendekat.

Jenderal Sudirman: (Sambil turun dari kuda dengan bantuan pengawal) "Raden Prabowo, maafkan kedatangan saya yang tiba-tiba ini. Ada hal penting yang perlu kita bicarakan."

Jenderal Sudirman tersenyum lembut ke arah Amara, memberi salam sopan sebagai tanda hormat.

Jenderal Sudirman: "Nyai Amara, terima kasih telah menerima saya di tengah kesibukan rumah tangga."

Amara: (Dengan sopan dan hormat) "Tidak apa-apa, Jenderal. Silakan masuk, mari kita sambut di dalam."

Adegan 2: Percakapan Penting di Dalam Rumah

Amara mempersilakan Sudirman duduk di ruang tamu yang sederhana namun nyaman. Prabowo duduk di samping Sudirman, sementara Amara menyiapkan minuman hangat. Ada ketegangan yang terasa di udara, seolah sesuatu yang besar akan dibicarakan.

Jenderal Sudirman: (Dengan nada serius) "Prabowo, keadaan semakin genting. Belanda telah memperlihatkan niat mereka dengan jelas setelah mengingkari perjanjian Renville. Serangan ke Yogyakarta hanya soal waktu. Kita harus bersiap."

Prabowo mengangguk, sepenuhnya menyadari beratnya situasi. Namun ada keheningan sejenak sebelum Sudirman melanjutkan, kali ini suaranya lebih rendah, hampir berbisik.

Lihat selengkapnya