cinta ditengah Gelombang penjajahan

Fajar Sidik Triyanto
Chapter #33

Long March Siliwangi - Perjalanan Penuh Pengorbanan

Bab 33: Long March Siliwangi – Perjalanan Penuh Pengorbanan

Setting: Long March Siliwangi adalah salah satu peristiwa paling heroik dalam sejarah perjuangan Indonesia. Pada Februari 1949, sebagai akibat dari Perjanjian Renville yang merugikan Indonesia dan Agresi Militer Belanda II, Divisi Siliwangi diperintahkan untuk mundur dari Yogyakarta dan kembali ke Jawa Barat. Perjalanan ini tidak hanya merupakan perpindahan taktis, tetapi juga ujian ketahanan fisik, mental, dan loyalitas para prajurit yang bertekad mempertahankan kemerdekaan tanah air mereka.

Adegan 1: Pagi yang Memulai Perjalanan

Langit fajar di Yogyakarta tampak memerah saat Prabowo berdiri di hadapan pasukannya. Udara pagi itu terasa dingin, seakan memberikan tanda bahwa perjalanan yang akan mereka tempuh tidak akan mudah. Namun, tekad dan keberanian telah tertanam kuat di hati setiap prajurit yang siap berangkat. Pasukan Divisi Siliwangi mulai bersiap, mengemasi peralatan mereka dan menyiapkan diri untuk perjalanan panjang kembali ke tanah kelahiran mereka di Jawa Barat.

Prabowo: (Dengan suara lantang) "Saudara-saudara sekalian, perjalanan ini bukanlah perjalanan mundur. Ini adalah langkah menuju kemenangan yang lebih besar. Kita akan kembali ke tanah kita, bukan untuk menyerah, tetapi untuk melanjutkan perjuangan dari sana. Ini bukan akhir, tetapi awal dari perjuangan baru."

Para prajurit mendengarkan dengan penuh perhatian, wajah mereka serius namun penuh keyakinan. Sorak-sorai kecil terdengar, mengiringi langkah pertama pasukan menuju perjalanan yang penuh ketidakpastian.

Amara berdiri tak jauh dari Prabowo, memandang suaminya dengan perasaan yang campur aduk. Ia tahu bahwa perjalanan ini akan membawa mereka pada bahaya yang lebih besar, namun ia juga tahu bahwa Prabowo telah memilih jalannya—jalan untuk melindungi tanah air mereka.

Amara: (Dengan suara lembut) "Prabowo, kita akan melalui ini bersama-sama, apapun yang terjadi."

Prabowo: (Senyum kecil) "Aku tahu, Amara. Kau adalah kekuatan yang membuatku tetap berdiri tegak. Bersama kita akan melewati semua ini."

Adegan 2: Melintasi Alam yang Tidak Bersahabat

Perjalanan menuju Jawa Barat penuh dengan tantangan alam yang keras. Mereka melewati hutan-hutan lebat, menyeberangi sungai-sungai deras, dan mendaki bukit-bukit terjal. Hujan sering kali mengguyur tanpa ampun, membuat jalanan licin dan sulit dilalui. Makanan semakin menipis, membuat setiap suapan menjadi barang berharga.

Pada suatu malam, setelah melewati hari yang sangat berat, pasukan Divisi Siliwangi berhenti di tengah hutan untuk beristirahat. Hujan masih mengguyur dengan derasnya, dan api unggun kecil yang mereka buat hanya mampu memberikan sedikit kehangatan.

Komandan Rano: (Mendekat ke Prabowo) "Kita menghadapi banyak kesulitan di depan, Tuan. Patroli Belanda semakin sering muncul di sekitar kita. Pergerakan kita semakin sulit."

Prabowo: (Dengan tegas) "Kita tidak boleh berhenti. Setiap langkah yang kita ambil adalah satu langkah lebih dekat ke rumah. Katakan pada pasukan untuk tetap waspada. Kita akan terus bergerak sesuai rencana."

Prabowo terus memimpin pasukannya dengan ketenangan yang luar biasa. Meskipun kondisi fisik para prajurit semakin lemah, semangat mereka tidak pernah pudar. Mereka tahu bahwa Prabowo adalah pemimpin yang mereka percayai, seorang yang selalu ada di garis depan bersama mereka, menghadapi setiap tantangan dengan keberanian.

Di dalam hati, Prabowo merasakan beban tanggung jawab yang sangat besar. Setiap keputusan yang diambilnya menentukan nasib ratusan nyawa yang bergantung padanya. Namun, ia tidak pernah menunjukkan keraguan. Dalam setiap pandangannya, ada keyakinan bahwa mereka akan sampai di tujuan dengan selamat.

 

Adegan 3: Pertempuran Gerilya di Tengah Hutan

Di tengah perjalanan, saat mereka melewati desa kecil di pinggir hutan, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari arah depan. Pasukan Belanda yang telah mengetahui pergerakan Divisi Siliwangi menyiapkan penyergapan. Suasana yang sebelumnya tenang mendadak berubah menjadi medan pertempuran. Peluru-peluru beterbangan, dan teriakan prajurit terdengar di segala arah.

Prabowo: (Berteriak) "Semua bersiap! Sebar formasi! Serang dari segala arah!"

Pasukan Siliwangi yang terlatih dalam taktik gerilya segera menyebar, memanfaatkan hutan sebagai perlindungan alami. Mereka menyerang balik dengan strategi cepat dan terkoordinasi, membuat musuh kebingungan mencari posisi mereka. Di bawah komando Prabowo, setiap pergerakan diperhitungkan dengan cermat.

Prabowo sendiri tidak tinggal diam. Ia ikut serta dalam pertempuran, berlari di antara pepohonan dan memberikan arahan kepada prajuritnya. Meskipun jumlah musuh lebih banyak, pasukan Siliwangi berhasil memukul mundur Belanda setelah pertempuran yang sengit.

Lihat selengkapnya