Langit kota Jakarta makin terlihat mulai gelap, sinar terik matahari perlahan menepi kepraduannya. Bayangan gedung bertingkat mulai setengah terlihat, karena tidak sepenuhnya lagi terkena sinar matahari. Tapi di setiap sudut jalanan kembali macet lagi, mobil perlahan jalan merayap pelan tidak bisa cepat, palingan jalannya cuman 20-25km saja.
Raut wajah cemas tergurat bercampur ingin marah tergambar di wajah Nirmala, tangan kanannya ikut ngerasa pusing berapa kali menyibak rambutnya. Tangan kirinya masih menahan kemudi setir mobil, kedua matanya sekali-sekali melirik kedepan dan kesamping kanan kiri ,tetap saja mobil masih antri untuk jalan.
"Ngapain Kevin nyari obat tuk ngegugurin kandungan? Buat siapa? Apa Elia hamil?" tergurat makin bingung raut wajah Nirmala mobil perlahan maju, tapi cuman semeteran jalannya kedepan. Tangan kanannya makin kencang menyibak rambutnya, seperti telapak tangan kanannya ingin menjenggut rambut bagian atas sedikit terlihat acak-acakan.
"Gua harap pikiran gua, ngak seburuk yang gua bayangin," perlahan dua matanya mulai merona berkaca memerah menahan sedih. "Kring...kringg..." cuman dilirik aja ponsel berdering tergeletak di samping jok kiri, tangan kanan Nirmala cepat pegang kemudi saat tangan kirinya ingin meraih ponsel ada panggilan dari Kevin, terbaca di layar ponsel, tapi terasa ragu tidak jadi. Kedua tangan Nirmala fokus menahan setir kemudi mobil, tetap kedua matanya terasa makin tidak bisa menahan kesedihan.
"Brug." benturan dari bemper belakang, sontak kaki kanan Nirmala injak pedal rem mobil berhenti dan tangan kirinya netralin kopling.
"Brak" "Tin ... tin ..." suara pintu mobil di buka, di sertai suara klakson makin bising. Melesek penyok bagian bemper belakang mobil VW Combi warna biru milik Nirmala di tabrak mobil sedan dibelakangnya. "Maaf, maaf." cepat turun dari mobil Sandy ngerasa bersalah dan ngerasa tidak enak. Nirmala cuman diam perhatiin wajah tampan Sandy terus memohon maaf ngerasa bersalah.
"Tin ... tin ..." makin kedengaran suara klakson dari mobil belakang makin terasa macet, padahal didepan mobil VW Combi milik Nirmala mobil sudah berangsur jalan tapi masih merayap.
"Aduh kok jadi lupa gua," cepat Sandy masuk kedalam mobil dan pinggirkan mobil ketepian jalan. Tapi Nirmala cuman berdiri di tengah jalan, sebagian mobil sudah melewati Nirmala berdiri masih terkasima melihat ketampanan Sandy cepat turun dari mobil menarik minggir Nirmala.
"Itu mobil?" mulai sadar Nirmala cepat hentakan tangan Sandy dan cepat Nirmala pinggirkan mobilnya berendengan dengan mobil Sandy sedan warna hitam.
"Brug." kedengaran lagi suara mobil di tutup. "Nih jadi gimana urusannya?!" mulai sewot Nirmala menghampiri Sandy rada jiper ketakutan karena ngerasa bersalah.